Tradisi Santri Inspirasi Puisi Religius (bagian 3-habis)

Red: Irwan Kelana

Kamis 30 Jun 2016 11:39 WIB

Suasana diskusi Mimbar Puisi  Ramadhan di Rumah Seni Asnur Depok, Jawa Barat, Ahad (26/6/2016). Foto: Dok Asnur Suasana diskusi Mimbar Puisi Ramadhan di Rumah Seni Asnur Depok, Jawa Barat, Ahad (26/6/2016).

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Mimbar Puisi Ramadhan digelar di Rumah Seni Asnur Depok,  Jawa Barat, Ahad (26/6/2016), mulai  pukul 16.00 WIB- pukul 24.00 WIB. Mimbar Puisi Ramadhan diawali dengan diskusi dengan tema “Sastra dan Islam” dengan pembicara Sutardji Calzoum Bachri, Prof Dr  Abdul Hadi WM, Ahmadun Yosi Herfanda, Kurni Effendi. Setelah buka puasa puasa, acara pembacaan puisi yang dibagi menjadi tiga sesi.

Semakin larut malam acara semakin seru. Masuk pada sesi ketiga, Asrizal Nur menyiasasti acara semakin menarik dengan menampilkan penyair sekaligus pembaca puisi handal di sesion milad ke-75 Sutardji Calzoum Bachri . Seperti halnya Abdul Hadi, Sutardji juga tidak diberi tahun bahwa ada perayaan hari lahirnya pada acara tersebut.

 

Acara dimulai pemutaran video profil Sutardji Calzoum Bachri produksi Yayasan Panggung Melayu dengan prodoser dan penulis skenario Asrizal Nur dan Jimmy S Johansyah.  Video profil ini menceritakan proses kreativitas sang Presiden Penyair dan komentar keluarga, ibu, abang, kakak dan adiknya serta sahabat terdekat dan teman-teman penyair. Penayangan video profil ini memberikan apresiasi bagi penyair yang nonton waktu itu serta memberikan motivasi dalam berkarya.

Setelah video profil usai ditayangkan, Teja Fatasena menyanyikan lagu puisi Tanah Airmata berkolaborasi dengan deklamator Imam Ma’rif. Suasana terasa hidup. Yang tadi sempat mengantuk kembali bersemangat. Acara dilanjutkan dengan pembaca puisi berikutnya , yakni Jose Rizal Manua, Budhi Setyawan, Kurnia Effendi, Rara Gendis dan Deklamator Ical Vigar.

Hari sudah semakin larut, namun hadirin belum beranjak. Sebagai  puncak acara Asrizal Nur meminta Sutardji Calzoum Bachri menyampaikan sepatah kata dan sebagai penutup acara semua penyair dan hadirin foto bersama.

Asrizal Nur mengemukakan, Rumah Seni Asnur adalah kantong budaya yang dikelola secara mandiri. Rumah Seni Asnur  terus berjuang menggerakkan kebudayaan. Telah banyak acara dilaksanakan baik mendatangkan seniman, sastrawan, penyair dan budayawan dalam hingga luar negeri. “Semua digerakkan dengan  biaya sendiri.  Dari operasional gedung, hingga kegiatan sampai saat ini belum mendapat sokongan pemerintah,” ungkap Asrizal Nur.

Rumah Seni Asnur terus berusaha dengan daya upaya menjalankan aktivitas, di antaranya kembali menyelenggarakan Mimbar Puisi Ramadhan, yang sebelumnya telah dilaksanakan tahun 2015 bersama 10 penyair. Tahun 2016 kegiatan tersebut   diikuti sekitar 40 penyair.