Guru Besar Unsri Tolak Parsel Lewat Poster

Rep: Maspril Aries/ Red: M.Iqbal

Rabu 29 Jun 2016 23:14 WIB

 Guru besar Fisip Universitas Sriwijaya Prof Slamet Widodo memasang poster yang bertuliskan Mohon Maaf Tidak Menerima Parcel/ Bingkisan Lebaran di kediamannya. Foto: Republika/Maspril Aries Guru besar Fisip Universitas Sriwijaya Prof Slamet Widodo memasang poster yang bertuliskan Mohon Maaf Tidak Menerima Parcel/ Bingkisan Lebaran di kediamannya.

REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG -- Ada banyak cara menolak parsel atau bingkisan yang bisa dilakukan oleh para pejabat di negeri ini menjelang Lebaran. Selain melalui imbauan, cara yang dilakukan guru besar Fisip Universitas Sriwijaya Prof Slamet Widodo patut ditiru.

Slamet Widodo yang sejak 23 Juni 2016 dilantik Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi sebagai Koordinator Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) Wilayah II Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel) menolak pemberian parsel atau bingkisan Lebaran dengan cara memasang sebuah poster di pintu pagar rumahnya yang terletak di jalan Cek Bakar, Palembang. Di depan pintu pagar besi Slamet Widodo memasang poster yang bertuliskan “Mohon Maaf Tidak Menerima Parcel/ Bingkisan Lebaran ttd Prof Dr Slamet Widodo.”

Setelah membacanya, mungkin ada yang menganggap cara ini sedikit unik. “Saya membuat poster tersebut sebagai pemberitahuan kepada siapa pun bahwa saya dan keluarga tidak menerima parsel atau bingkisan lebaran dari siapa pun,” kata dosen yang alumnus Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut, Rabu (29/6).

Sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang menjabat Koordinator Kopertis yang membawahi lebih dari 250 perguruan tinggi swasta (PTS) di Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan Bangka Belitung, menurut Slamet Widodo, dirinya harus melakukan itu karena terkait dengan sumpah jabatan dan peraturan yang berlaku.

Menurut Slamet berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada pasal 4 ayat 8  menyebutkan, “Setiap PNS dilarang menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya.”

“Parsel atau bingkisan lebaran itu diberikan kepada saya tentu dasarnya karena jabatan sebagai Koordinator Kopertis Wilayah II. Kalau saya tidak menjabat dan hanya dosen biasa tentu mereka tidak akan memberikan hadiah atau bingkisan tersebut,” kata guru besar kelahiran Klaten, Jawa Tengah tahun 1958.

Seraya tertawa guru besar Administrasi Negara Fisip Unsri itu mengungkapkan, “Bisa dibayangkan, seandainya seluruh PTS di Kopertis wilayah II mengirimkan parsel, jelas rumah saya tidak akan muat menampung.”

Menurut ayah dari tiga orang anak tersebut, saat ia melontarkan ide membuat poster berisi pesan menolak parsel tersebut langsung mendapat dukungan istri dan anak-anak. “Istri dan anak saya langsung setuju bahkan yang membuat dan memesan poster tersebut bukan saya melainkan ibu,” katanya mantan Dekan Fisip Unsri ini.

Pesan tidak menerima parsel tersebut mulai dipasang di depan rumahnya sejak, Selasa (28/6). Hanya kurang dari sepekan sejak Slamet Widodo dilantik dan diambil sumpahnya oleh Menteri Ristek dan Dikti di Jakarta.

Untuk mengantisipasi adanya kiriman parsel atau bingkisan Lebaran yang dikirim ke kantor Kopertis Wilayah II di jalan Srijaya Km 5,5 Palembang, Slamet Widodo telah memperingatkan para staf, khususnya bagian sekuriti dan juga sopir pribadinya, untuk menolak apa pun bentuk parsel dan bingkisan Lebaran yang ditujukan kepada dirinya.

“Saya sudah peringatkan, kalau mereka menerimanya harus dikembalikan kepada yang memberi,” ujarnya.Parsel atau bingkisan atau hadiah bagi seorang pejabat menurutnya memang tidak pantas untuk diterima, “Seharusnya, sebaliknya seorang pejabat atau atasan yang memberikan hadiah tersebut kepada staf atau bawahannya.”

Terpopuler