Duh, 60 Persen Takjil di Ambon Tercemar Kuman

Red: Damanhuri Zuhri

Selasa 28 Jun 2016 22:11 WIB

aneka macam takjil (ilustrasi) Foto: Republika/Wihdan Hidayat aneka macam takjil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Maluku dalam inspeksi mendadak di sejumlah lokasi sejak awal Ramadhan menemukan 60 persen takjil yang dijual di Ambon tercemar kuman.

''Pengawasan takjil dilakukan di kawasan Batu Merah, Waihaong, Waiheru dan Kebun Cengkih dan diambil contoh sebanyak 33 item untuk diuji di laboratorium BPOM,'' ungkap Kepala BPOM Maluku Sandra Linthin, Selasa (29/6).

"Dua metode yang dilakukan dalam pengujian yakni untuk hasil uji kimia semua makanan takjil negatif atau bebas bahan kimia, sedangkan hasil uji mikrobiologi 60 persen tercemar kuman," katanya,

Dikatakannya, takjil yang dijual baik makanan maupun minuman tercemar kuman karena cara menjualnya tidak tertutup sehingga debu dan kuman dengan mudah mencemari.

Hasil pengawasan yang dilakukan petugas di sejumlah lokasi penjualan pangan yang dijual para penjaja makanan menujukkan belum memenuhi syarat kebersihan untuk dikonsumsi.

"Dari sampel yang kita ambil untuk diuji belum memenuhi standar kebersihan lingkungan seperti kue lapis, agar-agar fla serta minuman yang menggunakan es, kemungkinan tidak menggunakan air matang dan wadah tidak dicuci dengan air bersih sehingga mengandung kuman," ujarnya.

Namun Sandra mengakui, hasil pengujian tidak menemukan bahan berbahaya yang digunakan dalam jajanan buka puasa, tidak ditemukan bahan kimia dan bahan berbahaya seperti rhodamin B, formalin, boraks dan metanil yellow,

Selain itu tidak lagi ada penjual makanan menggunakan pemanis buatan yang melebihi ambang batas dan bahan berbahaya juga tidak ada. "Hasil pengawasan jajanan buka puasa belum memenuhi standar kebersihan lingkungan atau hygine sanitasi," katanya.

Menurut dia, pihaknya akan terus melakukan pengawasan didampingi Dinas Kesehatan Kota Ambon dan pemerintah desa setempat agar para pedagang memperhatikan standar kebersihan.

"Fokus kami adalah pembinaan karena para pedagang ini hanya menjual, bukan dia yang membuat. Jadi kami akan mengajarkan cara penyajian makanan yang bersih agar tidak terkontaminasi bakteri," ujar Sandra.

Selain melakukan pengawasan takjil di Kota Ambon, pihaknya juga melakukan pengawasan di Masohi kabupaten Maluku Tengah. "Hasil pengawasan terhadap 30 sampel pangan takjil hasilnya negatif yakni tidak mengandung bahan berbahaya pada pangan," katanya.


Terpopuler