Mudik: Silaturahim Jaga Persaudaraan dan Persahabatan

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Damanhuri Zuhri

Selasa 28 Jun 2016 15:18 WIB

mudik lebaran (ilustrasi). Foto: Antara/Oky Lukmansyah mudik lebaran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU),  Maksum Machfoed, mengatakan mudik memiliki makna spiritualitas dalam menjaga persaudaraan dan persahabatan. Para Wali Songo dahulu bahkan menjaga silaturahim sejak awal Ramadhan hingga akhir dan saat Idul Fitri.

“Makna syariatnya sederhana, setelah memperoleh ampunan dari Allah SWT di bulan penuh ampunan pada syahrul maghfirah akan benar-benar lengkap ampunan tersebut jika urusan dengan horizontal,” jelas dia kepada Republika, Selasa (28/5).

Menurut dia, masalah horizontal ini tidak pernah ada ampunan kecuali dari sanak saudara sudah selesai. Sedangkan urusan vertikal adalah urusan hamba dengan Allah SWT saat Ramadhan dengan berpuasa.

Seperti janji Allah SWT barang siapa puasa dengan landasan iman dan penuh harapan terhadap Allah pasti diampuni dosa-dosanya. Dalam makna spiritualitas sosial terjadi ketika kedekatan keluarga, persahabatan dan kekerabatan terbangun kembali degan silaturahim. “Aneka rasa yang mengganjal dengan silaturahim dalam mudik menjadi netral dan melahirkan semangat baru,” jelas dia.

Dalam mudik, ungkap Maksum, juga dapat dihayati asal muasal dari mana mereka berasal. Mayoritas umat muslim menjadi ingat dan juga mengingat kewajiban berbakti kepada keluarga dan desanya.