REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Sumatera Barat, Duski Samad mengimbau masyarakat untuk tidak berlebihan dalam merayakan lebaran Idul Fitri hingga terkesan mubazir. "Tidak dilarang untuk berpakaian baru, akan tetapi tidak perlu berlebihan," katanya di Padang, Jumat.
Ia menerangkan Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal, kembali pada arti Syawal itu sendiri yakni peningkatan, sehingga diharapkan ibadah umat Islam akan lebih meningkat dari bulan-bulan biasanya.
Sejatinya lebaran Idul Fitri itu adalah hari kemenangan spiritual bagi orang yang telah berpuasa selama satu bulan dan hari kembali kepada kesucian.
Kualitas keimanan tidak dilihat dari bagaimana pakaian yang ia kenakan. Belum tentu orang yang berbusana lebaran dengan sederhana imannya lemah, dan begitu juga sebaliknya. Sebelumnya persepsi persiapan lebaran di masyarakat masih identik dengan pakaian baru dan perabotan rumah yang serba baru.
Para penjahit pakaian di Kota Padang dan Pariaman mengaku sudah kebanjiran order busana lebaran, bahkan pesanan sudah datang sejak awal Ramadhan.
"Sejak awal puasa kita tidak bisa lagi menerima pesanan dari masyarakat, karena sudah terlalu banyak dan menumpuk," ujar salah seorang penjahit pakaian di Pariaman, Riza (38).
Baca juga, Pemerintah Jamin Pasokan BBM untuk Puasa dan Lebaran 2016 Aman.
Hingga saat ini ia sudah menerima sekitar 100 potong pesanan aneka baju dan celana. Pada umumnya masyarakat memesan baju muslim, kemeja, baju batik, kebaya dan lain sebagainya.
Penjahit lain di Kuranji Kota Padang, Ummi Eli menyebutkan lonjakan pesanan sudah dimulai sejak sebelum Ramadhan, umumnya mereka meminta memotongkan kain, memesan bordiran hingga langsung minta dijahitkan.