MUI: Masih Ada Tayangan Ramadhan yang tak Ramah

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko

Jumat 24 Jun 2016 15:58 WIB

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Maruf Amin Foto: Republika/Prayogi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga stasiun televisi telah melakukan pelanggaran selama menyiarkan tayangan Ramadhan. MUI telah melakukan pemantauan 15 stasiun televisi  dan telah menemukan pelanggaran mencakup busana, pembawa acara atau bintang tamu, dialog, akting, tema, dan dialektika pengisi acara. 

Ketua Umum MUI KH Ma’ruf Amin menyayangkan adanya siaran televisi yang tidak dapat menjaga kekhusuyukan ibadah selama Ramadhan. Padahal seharusnya Ramadhan ini diisi dengan tayangan yang ramah. 

“Kita akan menyerahkan laporan ini ke Komisi Penyiaran Indonesia untuk ditindaklanjuti. MUI tidak memiliki wewenang untuk memberikan sanksi, sepenuhnya kita serahkan ke KPI lengkap dengan argumentasi dan metodologi pemantauan yang kita gunakan,” jelas dia, Jumat (24/6).

Kiai Ma’ruf menyebutkan pelanggaran yang dilakukan sejumlah stasiun televisi diantaranya, OVJ Sahur Lagi, di dalam program ini, menurut dia penuh dengan candaan garing dan sindiran terhadap kekurangan fisik seseorang. Selain itu, tim pemantau juga menemukan adanya tampilan pria dengan busana kebaya dan sanggul di di program Ramadhan di Rumah Uya (13/6) lalu.

Padahal KPI jelas melarang seorang pria tampil dengan gaya dan busana wanita. Pelanggaran juga ditemukan dalam tayangan on the spot (16/6) adanya materi mistik tujuh sosok menyeramkan bersama artis korea yang ditayangkan saat waktu tarawih. 

Tiga program tersebut ditayangkan oleh stasiun Trans7. Meski demikian, Kiai Ma’ruf tak menampik Trans7 juga telah menayangkan tayangan berkualitas seperti Hijab Hunt, Jazirah Islam, dan Journey of Backpacker. 

Selain Trans7, stasiun Trans TV juga masih menayangkan program yang kurang mendidik saat Ramadhan. Edisi (14/6) Trans TV menayangkan program Mari Kita Sahur, dalam tayangan tersebut empat talent menggunaka busan mirip teletubbies. 

Menurut Kai Ma’ruf  tayangan tersebut merupakan bagian dari kampanye LGBT karena warna busana seperti pelangi yang menjadi simbol LGBT.  Selain itu program tersebut juga penuh dengan candaan yang tidka mencerminkan spirit Ramadhan. 

Stasiun TV ANTV juga masih menyiarkan Pesbuker Ramadhan yang menayangkan busana pembawa acara, tema yang diperbincangkan, perilaku siaran dan dialog tidak mencerminkan semangat Ramadhan. “Pemantauan ini sekaligus menjadi koreksi bagi lembaga penyiaran,untuk bisa mengubah program yang mereka produksi,” jelas dia. 

 

Terpopuler