Dimanusiakan Kembali Saat Ramadhan

Red: Agung Sasongko

Jumat 24 Jun 2016 14:13 WIB

Riyanto Sofyan, CEO sekaligus pendiri PT Sofyan Hotels Foto: Dok.Republika Riyanto Sofyan, CEO sekaligus pendiri PT Sofyan Hotels

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan selalu memberikan kesan dan harapan bagi sosok Riyanto Sofyan, CEO sekaligus pendiri PT Sofyan Hotels. Perintis bisnis hotel dan wisata syariah di Indonesia ini telah tiga tahun berturut-turut berupaya tidak meninggalkan aktivitas ibadah di 10 hari terakhir Ramadhan sejak 2013 lalu.

Menurut pria kelahiran Jakarta, 57 tahun lalu ini kesempatan 10 hari terakhir Ramadhan sangat saying untuk dilewatkan. Karena Allah SWT telah telah berbelaskasih memberi semua kebaikan Ramadhan, namun ternyata banyak orang tidak mengoptimalkan hingga akhir Ramadhan.

Bagi Riyanto, seorang Muslim seharusnya sangat berbahagia dan beruntung, dalam satu tahun Allah member satu bulan untuk berkontemplasi. Dengan begitu, Allah SWT ingin mengingatkan Muslim kemana arah menjalankan kehidupan ini.

Ia mengibaratkan, seperti perangkat elektronik dengan baterai keimanan yang mulai habis digunakan di 11 bulan, di Ramadhan ini diisi kembali. Menurutnya, Allah sangat memahami manusia selalu banyak kelemahan, terhanyut oleh kehidupan dunia, terhanyut karena hawa nafsu dan juga terlena karena godaan syetan.

Ketiga hal itu yang bisa membuat manusia yang Allah ciptakan dari sebaik-baik ciptaan, berubah menjadi seburuk-buruk makhluk. Bahakn bagai binatang dan lebih buruk daripada itu. “Nah Ramadhan inilah yang bisa membawa kita kepada memanusiakan kembali atau ngewongke istilahnya,” kata ayah empat orang anak ini.

Dalam kerangka Ramadhan itu, seharusnya rutinitas dan daya tarik terhadap dunia bisa hilang. Kita dituntut untuk mendapatkan kesuksesan yang paling utama, Lailatul Qadar dengan mengisi keutamaan seperti beritikaf, shalat subuh dan shalat isya berjamaah di masjid. Itu dapat memberikan satu kekuatan yang tidak terlihat, bagi seorang muslim.

Allah telah menjanjikan berbagai keutamaannya, mulai dari shalat sunnah fajar di masjid sama dengan dunia seisinya. Kemudian shalat shubuh di masjid berjamaah sama seperti shalat sepanjang malam. Dan kalau kita bicara shalat isya itu sama seperti shalat setengah malam. Dan yang tidak kalah penting sebelum subuh melaksanakan qiyamul lail.

Kemudian, lanjutnya, kita juga diminta terus perbanyak berzikir seperti yang dipraktekkan Rasulullah. Dzikir yang diperbanyak ini akan memproteksi seorang muslim dari godaan dunia, mulai dari pagi hingga maghrib. Pengusaha berdarah Sumatera Barat ini juga selalu membiasakan setelah shalat membaca Alquran.

“Nah rutinitas itu kadang bisa tergoyangkan, kalau godaan seitan, kelemahan hawa nafsu dan daya tarik kehidupan dunia tadi,” ujar dia.

Ketua Percepatan Wisata Halal Indonesia ini mengibaratkan layaknya seorang pencari mutiara. Ketika ia menyelam menggunakan tabung oksigen selama 30 menit untuk mencari mutiara, ia terkagum kagum dengan keindahan biota laut dan karang-karangnya.

Sehingga mengabaikan mutiara yang akan ia cari. Akhirnya ia terlena dan mutiara tadi tidak ia dapatkan. Ramadhan itu ibarat pengarah agar penyelam itu tetap fokus mencari mutiara tadi. Tujuan kita hidup agar mendapatkan al Falah, kesuksesan yang hakiki. Kehidupan yang paling baik, kesuksesan yang kekal di dunia yang membawa kesuksesan di akhirat.