Setnov Apresiasi Pedagang Daging Purwakarta yang Tolak Impor

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Bilal Ramadhan

Kamis 23 Jun 2016 17:39 WIB

 Ketua Umum Parta Golkar Setya Novanto (Republika/Yasin Habibi) Foto: Republika/Yasin Habibi Ketua Umum Parta Golkar Setya Novanto (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto, mengapresiasi pedagang daging asal Kabupaten Purwakarta yang menolak daging impor. Apalagi, harga daging yang dijual di wilayah ini cenderung lebih murah dibanding dengan wilayah lain. Saat ini, daging yang dijual di wilayah ini kisaran Rp 70 ribu sampai Rp 110 ribu per kilogram.

Setya Novanto, mengatakan, dirinya baru mengetahui ada pedagang pasar yang menolak daging impor. Meski demikian, hal itu perlu diapresiasi. Mengingat, daging sapi lokal memang jauh lebih baik ketimbang daging impor.

"Cuma masalahnya di harga. Daging lokal jauh lebih mahal. Makanya, untuk menyetabilkan harga bahan pangan, pemerintah membuka keran impor," ujar Setnov, saat blusukan ke Pasar Leuwipanjang, Purwakarta, Kamis (23/6).

Eti Haryati (45 tahun), pedagang daging di Pasar Leuwipanjang Purwakarta, mengatakan, daging impor itu meskipun harganya murah, tapi tidak laku dijual. Karena, daging beku tersebut tidak bisa dijadikan olahan bakso serta satai maranggi. Makanya, pedagang di pasar ini menolak daging impor.

"Pelanggan kami lebih memilih daging lokal," ujarnya.

Saat ini, harga daging sapi di Pasar Leuwipanjang Purwakarta bervariasi. Mulai dari Rp 70 ribu per kilogram sampai Rp 110 ribu per kilogram. Daging dengan harga Rp 70 ribu, merupakan kualitas jelek alias banyak lemaknya. Sedangkan, daging yang harganya Rp 110 ribu merupakan kualitas super alias tanpa lemak.

Sementara itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengakui, wilayahnya memang tidak membutuhkan daging impor. Justru, yang dibutuhkan itu sapi impor dalam keadaan hamil. Dengan begitu, sapi tersebut bisa dikembangbiakan oleh peternak di pedesaan.

"Kalau sudah berbentuk daging beku, memang tidak laku. Makanya, yang kami butuhkan sapi impor berkualitas bagus dan yang sedang bunting," ujar Dedi.

Terpopuler