Berhijrah Total ke Syariah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko

Kamis 23 Jun 2016 12:44 WIB

Direktur Bisnis Consumer BNI Syariah, Kukuh Raharjo Foto: Google Direktur Bisnis Consumer BNI Syariah, Kukuh Raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum terjun di Bank BNI Syariah dan menjadi Direktur Bisnis Consumer, perjalanan Kukuh Raharjo di dunia perbankan di mulai sejak ia berkarir di BNI konvensional enam tahun lalu. Saat di Bank BNI konvensional, pemahamannya terkait ekonomi syariah khususnya riba masih sangat terbatas.

Keterbatasan pemahaman riba inilah yang seringkali membuatnya menyepelekan perkembangan bank syariah, bahkan sesama BNI Syariah sekalipun.  Ia ingat pernah melakukan komplain ketika membawahi salah satu cabang BNI, ketika nasabahnya diambil alih oleh BNI Syariah.

“Saat itu saya memahami riba yang dilakukan selama masih wajar itu hal yang boleh,” kata dia. Namun keterbatasan pemahaman itu bukan berarti Kukuh tidak mengerti dan memahami ayat terkait riba, ia mengaku sangat paham arti ayat riba di Al baqarah 275.

Namun mendekati Ramadhan 2010, Kukuh menceritakan seketika itu ada perubahan besar dalam dirinya. Suatu waktu ia usai mengkhatamkan Al quran dan memulai kembali dari awal membaca surah Al baqarah. “Sampai di ayat 275, entah mengapa saya menangis tersedu-sedu,” kata dia.

Bahkan sang istri sempat bertanya kepadanya, apa yang terjadi. Dan saat itulah Kukuh mantap bertanya ke sang istri ia ingin hijrah dari bank konvensional ke syariah. “Alhamdulillah istri saya merestui,” ujar dia. Setelah berkiprah 19 tahun lebih di Bank BNI konvensional, kini sudah enam tahun Kukuh bersama di BNI Syariah.

Dan ia mengungkapkan saat itu jelang beberapa bulan sebelum Ramadhan. Sehingga Ramadhan pertama kali ia di BNI syariah adalah momentum hijrah totalnya ke sistem syariah. Bagi dia Ramadhan saat itu sesuatu yang sangat sakral.

Pada saat ia masih di perbankan konvensional, Kukuh melewati setiap malam-malam Ramadhan itu selalu biasa saja. Tapi hal itu sangat terasa berbeda ketika di perbankan syariah. “Saya merasakan hampir setiap malam di Ramadhan selalu ada hikmahnya,” kata dia.

Faktor lingkunganlah yang membuat ia selalu memaknai Ramadhan dengan hari-hari penuh kebaikan. Ia merasakan suasana luar biasa ketika lingkungan mendukung, bagaimana beribadah sambil bekerja. Sehingga mulai Ramadhan tahun pertamanya di BNI Syariah hingga kini selalu luar biasa.

Pada saat di bank konvensional, lanjutnya, Ramadhan selalu dikejar dengan target bisnis. Kenyataanya target juga tidak semua tercapai. Selalu saja ada penurunan dari sisi lain. Saat ini ia baru paham. Hal itu karena memaknai Ramadhan berbeda.

Kini ketika di perbankan syariah, ternyata tidak seperti itu. Karena kami memaknai Ramadhan bukan penurunan produktivitas,  tapi peningkatan produktifitas. Bekerja itu adalah ibadah, sehingga produktifitas ramadhan jauh lebih tinggi di bandingkan bulan lain.

Kalau ia perhatikan prosentasi jumlah tidur saat Ramadhan berkurang, namun dari sisi aktivitas justru bertambah. Tapi kelelahan itu tidak tampak. Karena rekan-rekan satu kantor biasanya selalu memberikan yang terbaik selama ramadhan.

“Kita meyakini Allah tetapkan di bulan ramadhan dengan kemuliaannya. Apa yang terjadi di Ramadhan dilipat gandakan semua nilai amalan. Sesuatu yang sunnah dinilai wajib dan sesuatu yang wajib dinilai dengan berlipat ganda oleh Allah. Kalau kita hanya mengejar dunia tentu akhirat tidak diraih. Tapi kalau kita mengejar akhirat dunia dan akhirat isha Allah diraih,” ujar dia.