Momentum Bekali Anak Pendidikan Agama

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko

Senin 20 Jun 2016 14:42 WIB

Hamdan Zoelva saat menyampaikan orasi ilmiah di acara wisuda Unas periode II 2013/2014, di Jakarta. Foto: Unas Hamdan Zoelva saat menyampaikan orasi ilmiah di acara wisuda Unas periode II 2013/2014, di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah tidak lagi menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi, Hamdan Zoelva lebih banyak mencurahkan waktunya di bidang sosial keagamaan. Melalui organisasi Islam tertua, Sarekat Islam Hamdan kini dipercaya menjadi Ketua Umum dari organisasi yang berdiri sejak 1905 ini.

Di bulan Ramadhan putra Bima kelahiran 1962 ini mengatakan setiap tahun Ramadhan selalu memiliki pesan yang sangat kuat baginya. Karena di ramadhan membuatnya selalu ingin beribadah dan memberikan manfaat.

Di luar aktivitas ibadah rutin, Sarekat Islam menjadi dan keluarga menjadi pilihannya untuk memberi manfaat lebih kepada masyarakat dan anak-anak. Di Sarekat Islam, aktivitas Ramadhannya lebih kepada syiar agama dan konsilidasi organisasi, seperti yang ia lakukan dalam acara buka puasa bersama Sarekat Islam baru-baru ini.

Sedangkan untuk keluarga, Hamdan mengaku selalu mempersiapkan waktu khusus di Ramadhan, bersama istri dan ketiga putranya. Khusus untuk ketiga putranya, Hamdan mengatakan ibadah bersama keluarga ada hal utama.

Ia mengatakan ada kebiasaan di keluarganya di minggu pertama hingga pertengahan Ramadhan, berkumpul anak-anak dan seluruh anggota keluarga yang ada, untuk shalat berjamaah maghrib bersama. “Setelah shalat maghrib, saya memberikan nasihat kepada anak-anak mengenai pentingnya puasa dan ramadhan, dan pemahaman agama secara keseluruhan,” kata dia.

Kemudian dilanjutkan dengan berdialog tanya jawab kepada mereka, berhenti sejenak untuk makan bersama dan dilanjutkan hingga shalat isya dan shalat tarawih berjamaah. Dan itu menjadi tradisi yang selalu ia lakukan setiap tahun dalam keluarga.

Cara itu juga yang dahulu dilakukan sang ayah kepadanya. Bahkan, katanya, dahulu lebih detail lagi mendidik pemahaman keagamaannya. “Waktu saya masih kecil di luar Ramadhan, hampir setiap dua kali seminggu, malam senin dan malam jumat shalat maghrib bersama, dilanjutkan berdoa dan ayah memberikan nasihat-nasihat,” ujar dia.

Bahkan saat itu sang ayah mengevaluasi semua anak-anaknya dari semua kegiatan seminggu berjalan. Jadi teguran dan evaluasi disampaikan saat momentum tersebut. Nah inilah yang ia lestarikan di keluarganya kini. “Meneruskan apa yang telah lama ayah saya lakukan, termasuk saat ramadhan.”

Bagi Hamdan pengalaman kecil dididik agama dan dievaluasi seperti itu sangat berkesan. Walaupun apa yang ia praktekkan kini tidak serutin seperti ayahnya lakukan, namun di Ramadhan selalu ia upayakan dialog dan evaluasi aktivitas ibadah dan keseharian sang anak.

Dan ketiga putranya ternyata sangat menyambut baik tradisi ini. Mereka mendengarkan secara seksama, bagaimana perjalanan hidup itu dan berbagai aspek kehidupan yang penting untuk dijaga dan dihindari saat ini dan akan datang.

Hamdan juga memiliki evaluasi terhadap dirinya, walaupun di tengah padatnya aktivitas ia menargetkan jangan sampai meninggalkan shalat taraweh dan shalat malam. Di minggu-minggu jelang akhir Ramadhan, ia memahami aktivitas semakin menumpuk. Namun ia tetap berpesan agar semua anggota keluarga untuk tetap menjaga shalat berjamaah. Tetap berbuka berkumpul bersama keluarga baik di rumah atau bila ada kesempatan di luar rumah.