REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengungkapkan ibadah puasa yang dilaksanakan umat Muslim selama Ramadhan dengan menahan makan, minum, dan hubungan seksual dapat dimaknai untuk menahan perilaku konsumtif.
''Perintah Allah SWT dalam Alquran untuk tidak makan dan minun merupakan pesan moral agar bisa mengendalikan keinginan,'' ungkap Kiai Cholil Nafis kepada Republika, Jumat (17/6).
Kehidupan modern, sambung Kiai Cholil, membuat orang tidak berpikir jangka panjang. ''Orang lebih ingin meraih kepuasaan jangka pendek. Sehingga, mengabaikan persiapan masa depannya,'' kata Kiai Cholil menegaskan.
Pria asli Sampang, Madura ini menilai, saat ini sudah memasuki era konsumerisme sehingga mendorong untuk terus berbelanja. Padahal, lanjut dia, Alquran menganjurkan agar memikirkan masa depan.
Menurut Kiai Cholil, anjuran tersebut terdapat dalam surah al-Hasyr ayat 18. Perilaku seseorang, ungkap Kiai Cholil, akan menentukan masa depannya.
Untuk itu, jika seseorang menghabiskan pendapatannya untuk keinginan sesaat, dikhawatirkan masa depannya suram. Karena, tidak ada lagi uang yang dicadangkan untuk masa depannya.
Ia berharap umat Islam mengambil hikmah dari pengertian puasa. Umat Islam diminta dapat mengontrol diri dari banyaknya produk yang ditawarkan berbagai perusahaan.
Puasa, ungkapnya, dapat mengendalikan nafsu seseorang dari perilaku konsumtif. '' Pada hakikatnya, puasa itu perintah Allah SWT agar kita mengendalikan tingkat konsumsi,'' ujarnya mengingatkan.