REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia memperkirakan inflasi Juni 2016 atau inflasi pada sebagain besar Ramadhan 2016 sebesar 0,61 persen.
Kepala Divisi Asesmen Inflasi BI, Rizki E. Wimanda, di Jakarta, Jumat, mengatakan bank sentral melihat lojakan permintaan secara signifikan yang diikuti kenaikan harga terutama pada kelompok pangan.
Setidaknya, kelompok pangan dengan harga bergejolak (volatile food), ujar Rizki, diperkirakan menyumbang inflasi pada Juni 2016 sebesar 1,26 persen. "Ada tekanan dari 'volatile food', begitu juga dengan inflasi inti," ujarnya.
Untuk inflasi inti, Rizki melihat, tekanan datang dari penaikkan harga komoditas global dan juga fluktuasi nilai tukar rupiah dalam tiga bulan terakhir.
Selain itu, kenaikan permintaan barang dalam Ramadhan pun turut mengerek inflasi inti yang diperkirakan sebesar 0,49 persen.
Sedangkan, kelompok harga barang yang diatur pemerintah (administered prices), kata Rizki, cukup terkendali. Salah satunya karena tertundanya kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk 900 VA dari rencana awal Juni 2016.
BI memperkirakan inflasi "administered prices" sebesar 0,4 pada Juni 2016.
Sementara, Bank Sentral juga memperkirakan kenaikan permintaan masyarakat akan berlanjut pada Juli 2016 karena tren konsumsi tinggi Lebaran 1437 Hijriah dan musim liburan tiba. BI juga memperkirakan kenaikan TTL untuk segmen pengguna 900 VA akan ditunda menjadi Juli.
Dengan berbagai asumsi tersebut, Bank Sentral memperkirakan laju inflasi Juli 2016 sebesar 0,96 persen.
"Tapi inflasi 0,96 persen itu menjadi inflasi yang paling rendah dalam beberapa tahun terakhir di Juli 2016," ujar dia.