Dr Sutrisno Muslimin: 5 Implikasi Pendidikan Ibadah Puasa

Red: Irwan Kelana

Kamis 16 Jun 2016 10:48 WIB

Ustadz Dr Sutrisno Muslimin MSi memberikan kuliah Zhuhur di Masjid Rahmatan Lil'alamin Gedung Graha Inti Fauzi Jakarta, Rabu (15/6). Foto: Irwan Kelana/Republika Ustadz Dr Sutrisno Muslimin MSi memberikan kuliah Zhuhur di Masjid Rahmatan Lil'alamin Gedung Graha Inti Fauzi Jakarta, Rabu (15/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ibadah puasa mengandung banyak sekali hikmah atau implikasi. Termasuk implikasi pendidikan. “Setidaknya ada lima implikasi pendidikan ibadah puasa,” kata da’i dan pakar pendidikan Dr Sutrisno Muslimin MSi saat mengisi tausiyah Kuliah Zhuhur di Masjid Rahmatan Lil’alamin Gedung Graha Inti Fauzi Jakarta Selatan, Rabu (15/6).

Sutrisno menyebutkan, salah satu implikasi pendidikan ibadah puasa adalah meningkatkan kecerdasan emosional. “Puasa mengajarkan kesederhanaan atau kebersahajaan sekaligus simpati dan empati kepada orang lain. Puasa mengajarkan kita mengendalikan diri dengan baik. Orang yang cerdas emosinya tidak grasa-grusu,” tutur Sutrisno yang juga wakil bendahara Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Menteng, Jakarta Pusat.

Implikasi kedua, kata Sutrisno, puasa pendidik kejujuran. “Biarpun kita uang untuk membeli makanan, atau biarpun di kulkas tersedia banyak minuman, dan di meja makan terhidang banyak makanan yang lezat, dan di rumah tidak ada orang, kalau belum bedug Maghrib kita tidak akan menyentuh makanan tersebut. Ini adalah pendidikan kejujuran yang luar biasa,” tutur Sutrisno yang juga ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) Universitas Bosowa Makassar, Sulawesi Selatan.

Lebih lanjut doktor pendidikan dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor itu menjelaskan, implikasi ketiga adalah puasa mendidik kaum Muslimin agar menjadi pembelajar yang giat dan terus-menerus. “Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah lima ayat pertama Surah Al-‘Alaq yang berisi  perintah membaca dan  belajar. Alquran meletakkan orang-orang yang berilmu pada posisi yang tinggi,” ujar Sutrisno yang juga presiden direktur Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) Bogor.

 Ayat pertama Alquran  diturunkan pada bulan Ramadhan. “Jadi salah satu semangat Ramadhan adalah mendorong kaum Muslimin untuk terus belajar dengan berbagai cara. Agama yang paling mendorong umatnya untuk terus-menerus belajar adalah agama Islam,” kata Sutrisno.

Implikasi keempat, Sutrisno menambahkan, puasa mengajarkan kesetaraan. Siapa pun dia, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat jelata, jenderal atau maupun orang yang tidak berpangkat, semua melaksanakan ibadah puasa dengan tatacara dan jam yang sama. “Siapa pun dia, jadwal puasanya dimulai ketika terbit fajar/Shubuh, misalnya jam 04.35, dan berbuka puasa ketika terdengar bedug Maghrib, misalnya 17.55,” papar Sutrisno.

Ramadhan, kata Sutrisno, mengajarkan kepada umat manusia, bahwa manusia itu sederajat. Yang membedakan hanyalah amal dan ketakwaannya. “Seperti hadits Nabi, ‘Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat penampilan fisik kamu, juga tidak melihat kelihat kepada kecantikan parasmu, akan tetapi Dia melihat ke dalam hatimu dan amalmu’. Dan di dalam Alquran ditegaskan bahwa ‘Yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu’,” tuturnya.

Implikasi kelima, ujar Sutrisno, puasa mendidik kedisiplinan. “Orang yang berpuasa setiap hari berlatih disiplin. Misalnya, bangun tidur pukul 03.30, lalu qiyamullail selama setengah jam, setelah makan sahur bersama keluarga, lalu Shuhuh berjamaah, tadarus Alquran, shalat Dhuha dan seterusnya. Puasa melatih untuk menjadikan semua itu sebagai habit atau kebiasaan hidup sehari-hari,” ujar Sutrisno.

Sutrisno menegaskan, Ramadhan mengajarkan kepada kaum Muslimin agar disiplin dan suka bekerja keras. “Disiplin itu sangat penting. Disiplin  merupakan modal yang sangat kuat untuk memenangkan persaingan,” papar Sutrisno Msulim.

Ketua DKM Masjid Rahmatan Lil'alamin , Abdul Mu’min menyebutkan, Masjid Rahmatan Lil’alamin menyelenggarakan kuliah Zhuhur setiap Senin, Rabu dan Jumat.  “Kami juga menyelenggarakan ta’lim pada minggu kedua setiap bulan. Narasumbernya adalah KH Sofyan Nizhomy. Waktunya mulai pukul 17 hingga Maghrib,” tutur Abdul Mu’min.

Terpopuler