Pengungsi Rohingya Bahagia Jalani Ramadhan di Malaysia

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah

Selasa 14 Jun 2016 15:39 WIB

 Sejumlah imigran Rohingya berbuka puasa bersama. (Antara/Syifa) Sejumlah imigran Rohingya berbuka puasa bersama. (Antara/Syifa)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Arfat Ganumia mengatakan ia senang menjalani Ramadhan tahun ini di Malaysia. Ganumia pesimistis pemerintahan demokrasi baru Myanmar akan menyambut Rohingya dalam waktu dekat.

Namun seperti dilansir The Star Online, Selasa (14/6), Arafat yang mengajar sekitar 130 anak-anak di sekolah pengungsi Al-Akhlas di Selayang mengatakan mereka menghargai kedamaian, toleransi dan kemurahan hati warga Malaysia, terutama di bulan Ramadhan ini.

Menurutnya, kondisi di Malaysia sangat berbeda dengan saat mereka di Myanmar. Di Myanmar banyak tantangan besar selama Ramadhan bagi Muslim untuk melaksanakan shalat berjamaah di masjid baik shalat lima waktu maupun tarawih.

"Kadang-kadang kami akan diberhentikan dan diinterogasi saat menuju masjid bergerombol," kata Arfat mengingat tiga dekade Ramadhan di Myanmar.

Bahkan menurutnya ada saat-saat di mana mereka diserang atau ditangkap. Kini Arfat mengatakan keluarganya senang dapat merayakan bulan suci sebagai keluarga Muslim di Malaysia. Mereka kini bisa berbuka puasa, memasak, makan dan berdoa tanpa khawatir akan adanya perlakuan sistematis karena identitas mereka.

"Alhamdulillah, saya memiliki keluarga yang lebih baik di Malaysia. Saya memiliki segalanya," kata Arfat.

Di Sekolah Al-Akhlas, Ramadhan ditandai dengan semangat amal baik dari luar dan dalam masyarakat. Ini ditunjukkan bukan hanya mereka bisa bebas merayakan budaya Islam di sini tapi anak-anak mereka juga bisa bebas belajar.

Pada Ramadhan banyak pula relawan yang memberikan bantuan makanan, pakaian dan buku kepada mereka. Arfat dan keluarganya kemudian akan mempersiapkan halim, hidangan seperti bubur Malaysia, kepada warga sekolah lainnya.

Pengungsi Rohingya pada April tahun ini mencapai 53.410 pengungsi.

Terpopuler