REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Masakan khas negara Timur Tengah memang selalu menarik untuk dicoba. Selain Turki, Lebanon menjadi salah satu negara tujuan para pencinta kuliner dunia sebagai destinasi wisata kuliner.
Namun sebenarnya, apa yang membuat makanan Lebanon begitu berbeda dari masakan Timur Tengah lainnya? Ternyata rahasianya terletak pada bahan-bahan masakan yang segar dan alami. Bahkan jenis mezze atau hidangan pembuka dan camilannya tergolong makanan super sehat.
"Mezze Lebanon terkenal sebagai raw food dan bebas kolesterol," kata Chef asal Lebanon Zein Rahhal saat acara Media Gathering Ramadhan Kareem Pullman Hotel Jakarta, beberapa waktu lalu.
Zein menjelaskan, rahasia kelezatan kuliner Lebanon juga terletak pada bumbu-bumbunya. Salah satunya penggunaan minyak zaitun dan jus lemon. Hampir semua resep tradisional secara turun temurun makanan Lebanon menggunakan minyak zaitun. Bahkan sebagai dressing atau saus salad, Lebanon hanya menggunakan minyak zaitun dan jus lemon.
Lebanon merupakan negara dengan konflik perang cukup lama. Makanan sehat menjadi salah satu faktor penduduknya bisa bertahan. Selain mengonsumsi sayuran dan buah segar, penduduk Lebanon juga kerap mengonsumsi daging secara mentah. Biasanya daging kambing hanya dipotong tipis kemudian diberi tambahan minyak zaitun atau jus lemon sebelum disantap.
Tidak hanya digunakan sebagai dressing, minyak zaitun juga kerap menjadi bahan dasar menggoreng. Itu sebabnya masakan Lebanon terkenal non kolesterol dan baik bagi kesehatan. Selain mudah mendapatkan pasokan minyak zaitun, harganya juga cukup terjangkau di negara tersebut. Selain itu, kombinasi dari rempah sebagai bumbu juga menjadi kunci kelezatan masakan Lebanon. Tak hanya menciptakan rasa super tajam, bumbu juga mengeluarkan bau sedap. Tak heran bila penduduk Lebanon terkenal dengan kebiasaan makan dalam porsi besar.
Zein mengungkapkan, rahasia masakan Lebanon juga terletak dari 'the magic hand' si pembuat masakan. "Seorang koki harus memliki tangan yang bisa menakar dan indera pengecap yang tajam," lanjut Zein. Koki Lebanon harus bisa peka terhadap rasa. Sebab, masakan Lebanon yang kaya akan rasa akan sulit terdefinisi apabila sang pemasaknya tidak peka.
Koki yang sudah memiliki jam terbang selama 27 tahun ini juga mengatakan, antara masakan Indonesia dan Lebanon merupakan dua hal berbeda. Orang tidak bisa mengatakan sup Lebanon lebih kaya rasa dibandingkan sup Indonesia. Namun bukan berarti masakan Indonesia tidak enak. Zein yang pertama kali datang ke Indonesia pada 2003 silam ini bahkan menyukai masakan Indonesia. Hanya saja, rasa dan pengalaman makan masakan Indonesia dan Lebanon tidak bisa dibandingkan.
(baca: Digoda Menu Bali untuk Berbuka di Satoo Shangri-La)