Buka Puasa Gratis Cermin Kerukunan Antar Umat di Lawang

Rep: christiyaningsih/ Red: Damanhuri Zuhri

Sabtu 11 Jun 2016 16:06 WIB

Ilustrasi Anak berbuka puasa bersama Foto: Republika/Amin Madani Ilustrasi Anak berbuka puasa bersama

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kesibukan tampak di sepetak lahan parkir yang bersisian dengan Vihara Yayasa Sukhavati Lawang Kabupaten Malang.

Pukul 16.00 Amiliawati menata mie goreng, ayam suwir bumbu rujak, dan nasi putih yang masih hangat. Tiga rekannya yang lain berbagi tugas menghitung ratusan piring dan membuat teh manis dalam wadah jumbo.

Kesibukan mereka bukan lantaran adanya hajatan besar atau pesta syukuran. Kesibukan sore ini sama seperti kesibukan pada bulan puasa tahun-tahun sebelumnya.

Wanita berdarah Tionghoa ini bersama rekan-rekannya secara suka rela menyiapkan buka puasa gratis selama Ramadhan. Lokasi memasak berada di rumah seorang umat Vihara yang memiliki rumah makan.

Amiliawati sudah bertahun-tahun ikut melanggengkan tradisi tersebut. Tak tampak raut wajah lelah di wajah wanita 68 tahun ini. Justru sebaliknya, ia terlihat riang dan cekatan menyiapkan santapan jelang berbuka. "Kita semua 'kan sama, harus saling memberi dan menolong yang membutuhkan," ujarnya saat berbincang dengan Republika, Jumat (10/6).

Sekitar pukul 16.30 puluhan orang mulai berdatangan. Mayoritas dari mereka adalah orang-orang tak mampu seperti tuna wisma dan pengemis.

Amiliawati menuturkan pada awal bulan Ramadhan jumlah makanan yang dihidangkan hanya 100 porsi. Namun pada pertengahan hingga akhir Ramadhan, jumlah warga yang datang semakin membludak. Porsi makanan yang disediakan pun bertambah tiga kali lipat.

Yudi, pemuda yang menjadi pengamen di bus Malang-Surabaya, adalah salah satunya. Ia datang bersama lima orang kawannya untuk ikut menyantap buka puasa gratis.

Yudi menyatakan kegembiraannya bisa memperoleh buka puasa cuma-cuma. "Setiap tahun datang ke sini bersama teman-teman, senang bisa makan gratis," tuturnya polos.

Pukul 17.00 berpiring-piring hidangan yang menggugah selera itu pun siap dibagikan. Masyarakat cukup sabar untuk antre dengan tertib menunggu giliran memperoleh makanan. Kala adzan magrib berkumandang, mereka melahap nasi dan lauk pauk di tempat itu juga sembari lesehan.

Winantea, rohaniwan di Vihara Yayasan Sukhavati Lawang, menceritakan asal mula tradisi buka puasa gratis ini. Menurutnya sumbangan buka puasa ini tak hanya datang dari umat Vihara di Lawang. Sumbangan ini berasal dari Paguyuban Metta Lawang.

Paguyuban Metta Lawang adalah kelompok arisan yang anggotanya berasal dari latar belakang yang heterogen. "Anggota kami ada yang beragama Budha, Nasrani, dan Islam," kata Winantea. Namun, mayoritas anggota Metta Lawang berasal dari umat di Vihara Yayasan Sukhavati.

Kala krisis moneter melanda Tanah Air 1998 silam, harga-harga pokok melambung tinggi. Masyarakat pun kesulitan membeli bahan pangan terutama mereka yang berasal dari ekonomi lemah. Berangkat dari kondisi tersebut, para anggota Paguyuban Metta Lawang yang dikoordinir Winantea mencetuskan ide buka puasa gratis.

Atas dasar toleransi dan kebersamaan, tradisi tersebut akhirnya rutin digelar dari tahun ke tahun hingga hari ini. Agar tak bosan, menu yang disajikan berganti setiap hari. "Tak ada anggota yang merasa keberatan dengan diadakannya acara ini," ungkap Winantea menjelaskan.

Terpopuler