REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Pemuda dan Olahraga mendorong agar kegiatan pesantren kilat (Sanlat) Ramadhan diperluas pergerakannya hingga tingkat pedesaan. Sanlat diyakini dapat menjadi wadah menangkal paham radikalisme di kalangan pemuda.
"Kegiatan ini hendaknya tidak hanya terfokus di perkotaan saja, tetapi perlu diperluas hingga ke tingkat pedesaan," kata Staf Ahli Menpora Bidang Politik Yuni Poerwanti saat membuka kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan Kepemimpinan Pemuda se-Jabodetabek di Pusat Pemberdayan Pemuda dan Olahraga Nasional Cibubur, Jumat.
Menurut Yuni, mengantisipasi paham radikalisme dengan membangun karakter para pemuda melalui penguatan jiwa, mental dan spiritual, sehingga tidak mudah tersulut dengan paham-paham yang lain, baik itu radikalisme, pornografi maupun terorisme.
"Antisipasi paham radikalisme ini dimulai dari hati, yakni membangun karakter agar tidak menjadi pemuda 'alay' sehingga tidak mudah terpengaruhi oleh paham-paham lain," katanya.
Baca juga, Luhut Minta Anak-Anak Pesantren tidak Terpengaruh Ajaran Radikal.
Penyebarluasan Pancasila sebagai landasan negara dan pandangan hidup yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari para pemuda pada saat ini menjadi keharusan.
"Sanlat Kepemudaan ini menjadi energi baru kita dalam menangkal radikalisme, kegiatan ini diharapkan mampu menyasar 62,5 juta pemuda di Tanah Air," katanya.
Yuni menambahkan, Kemenpora tidak bisa bekerja sendiri, perlu sinergi antara semua pihak, baik itu pemerintah daerah, kementerian terkait, untuk menangkal radikalisme.
Sanlat Ramadhan Kepemimpinan Pemuda se-Jabodetabek diikuti 200 peserta yang datang dari berbagai unsur mulai dari pelajar, mahasiswa, santri dan santriwati pondok pesantren, pemuda karang taruna, pemuda dhuafa dan anak yatim.