Muslim Cina Jalani Puasa dalam Kondisi Cuaca Panas Ekstrem

Red: Nidia Zuraya

Rabu 08 Jun 2016 09:58 WIB

Muslim etnis Uighur berjalan di depan sebuah masjid di Kashgar, Xinjiang, Cina. Foto: Reuters/Carlos Barria Muslim etnis Uighur berjalan di depan sebuah masjid di Kashgar, Xinjiang, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, URUMQI -- Buat kebanyakan umat Islam di Kashgar, Wilayah Otonomi Uygur Xinjiang, sudah menjadi kebiasaan setelah seharian berpuasa untuk menikmati segelas doc, sejenis minuman yang terbuat dari susu dicampur yogurt, madu dan es. Terlebih lagi Ramadhan tahun ini bertepatan dengan musim panas.

"Tak ada yang lebih nikmat dibandingkan dengan doc buat berbuka puasa. Rasa haus dan lelah hilang setelah orang meminum satu gelas doc," kata Abdikrim Ismail, seorang warga Kashgar.

Temperatur udara di Kashgar sepanjang bulan Ramadhan ini akan berada di atas 30 derajat celcius dan ini menjadi tantangan berat. "Ramadhan adalah kesempatan buat kita untuk merasakan lapar dan belajar menahan diri. Tak peduli betapa pun beratnya, saya akan tetap berpuasa selama bulan suci ini," kata Abdikrim.

Kendati harus menjalankan ibadah puasa di tengah cuaca yang sangat panas, namun buat Mayis Hagei, seorang Muslim yang berprofesi sebagai pembuat kue, ia harus tetap bekerja menjalankan usahanya. Mayis Hagei beserta istri dan putrinya terbiasa bangun tidur sekitar pukul 04.00.

Setelah Shalat Subuh, keluarga Muslim dari Prefektur Otonomi Hui Linxia di Provinsi Gansu ini mulai sibuk bekerja. "Ramadhan baik buat kami, umat Muslim, untuk membersihkan hati, memperkuat kemauan dan merenungkan ajaran Islam," katanya.

"Tapi warga non-Muslim di sekitar sini juga memerlukan pelayanan dan kue kami."

"Saya telah bersumpah untuk bertahan berpuasa sampai Idul Fitri (Hari Raya yang menandai berakhirnya Ramadhan)," kata Haegi menambahkan.

Warga Muslim lainnya Eprhan Abdokadhre yangg merupakan eorang ibu rumah tangga di Kashgar juga sibuk mempersiapkan makanan sebelum Matahari terbit. Untuk menu santap berbuka buat seluruh keluarganya, ia membuat makanan olahan daging kambing, daging domba, buah, makanan penutup roti, susu, teh dan madu.

"Kami percaya pada makan Sahur sedikit dan makan berbuka dalam jumlah banyak," kata Eprhan.

Setelah menyantap sedikit makanan saat Maghrib, para kaum lelaki di rumahnya pergi ke masjid terdekat untuk shalat berjamaah, dan kaum perempuan shalat di rumah.

Terpopuler