REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang petang, kawasan di Jl Bendungan Hilir (Benhil) III, Jakarta Pusat, mendadak dipadati para pemburu takjil. Para pembeli tampak sibuk memilih-milih aneka jajanan yang dipajang di meja-meja maupun di rak khusus makanan. Mulai dari camilan tradisional, minuman, hingga lauk pauk untuk berbuka puasa ditata dengan rapi.
Meski ramai, para penjual musiman saat Ramadhan ini tampak biasa menghadapi para pembeli yang datang silih berganti. Uda Mawi, salah seorang pedagang bubur khas Sumatra Barat contohnya. Pria asal Solok ini telah mempersiapkan dagangannya sejak pukul 14.00 WIB.
Bukan tanpa alasan ia memajang sederet 'bubur kampiun' nya lebih awal. "Lebih cepat dibuka lebih banyak orang yang akan menghampiri kita," kata Uda Mawi kepada Republika.co.id, Selasa (7/6).
Uda Mawi sudah cukup hafal dengan kondisi pasar tumpah selama Ramadhan. Betapa tidak, ia rutin selama sembilan tahun menjadi pedagang takjil musiman di kawasan Benhil. Memasuki hari kedua puasa, Uda Mawi mengatakan pemburu takjil masih terbilang sepi. Para pemburu takjil akan semakin membanjiri pasar tumpah setelah seminggu puasa.
Pria paruh baya ini mengakui pendapatannya menjadi pedagang takjil musiman cukup menggiurkan. Pasalnya, dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih mencapai di atas Rp 500 ribu. Jumlah tersebut jauh melebihi pendapatannya saat berjualan di hari biasa di kawasan Kramat Raya.
Seolah tak ingin ketinggalan dari pedagang takjil lainnya, Uda Mawi mengerahkan dua orang anak perempuannya untuk membantunya berjualan. "Kalau dihari biasa saya biasanya jualan sendirian, kali ini dibantu anak-anak," kata Uda Mawi.