Minat Tadarus Usai Tarawih di Sumbar Menurun

Red: Hazliansyah

Selasa 07 Jun 2016 19:54 WIB

tadarus Alquran Foto: Republika/Wihdan Hidayat tadarus Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) prihatin dengan turunya minat tadarus usai shalat Tarawih di provinsi tersebut. Berdasarkan data DMI Sumbar, penurunan mencapai 50 persen tersebar di 19 kabupaten/kota se-Sumbar.

"Sejak tahun 2009, sedikit sekali yang masih bertahan menggelar tadarus, tidak sampai 50 persen. Itu pun awal Ramadhan, kalau sudah tengah bulan tambah loyo," kata Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sumatra Barat, Yulius Said salam keterangan terulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (7/6).

Ia menuturkan, berdasar pemantauan DMI di lapangan, hanya 50 persen dari 4.838 masjid yang tersebar di 19 kabupaten/kota masih melaksanakan tadarus. Sebagian besar lainnya, malah memutar kaset ayat suci Alquran.

Yulius menjelaskan, tadarus bukan semata-mata kegiatan membaca dan memperdengarkan wahyu-wahyu Allah. Namun, ada upaya transfer ilmu dari orang yang mahir membaca Alquran. Ia menyebut, kurangnya minat tadarus berdampak pada kemampuan anak-anak dalam membaca, memahami, dan mengamalkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

"Kekhawatirkan itu sudah terbukti. Banyak anak-anak yang masih salah dalam membaca Alquran. Tapi yang tidak bisa justru lebih banyak," ujar dia.

Yulius menegaskan, berkurangnya minat tadarus harus menjadi perhatian bersama, tidak hanya alim ulama, namun juga pemerintah.

Sekertaris Daerah Pemprov Sumbar, Ali Asmar mengusulkan perlu adanya upaya pemda seperti menyusun program tadarus agar lebih diminati anak-anak dan remaja.

"Di masjid sudah ada TPA, tinggal bagaimana cara menarik santri TPA untuk ikut tadarus. Setiap Ramadhan juga digelar pesantren untuk siswa, harusnya sekolah dan pengurus masjid juga bisa mengarahkan siswanya untuk ikut tadarus," tutur Ali.

Terpopuler