Non-Muslim pun Ikutan Nyadran

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Damanhuri Zuhri

Rabu 01 Jun 2016 11:12 WIB

Tradisi nyadran, ilustrasi Tradisi nyadran, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -– Setiap tahun menjelang bulan suci Ramadhan, masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar tradisi nyadran. Setiap masjid di perkampungan pun ramai oleh jamaah.

Begitupun makam-makam di pedesaan, banyak dikunjungi para pejiarah. Tak terkecuali di Dusun Jaranan, Desa Argomulyo, Cangkringan. Ratusan orang berbondong-bondong mengikuti tradisi nyadranan di halaman rumah Bapak Ngatijo, Rabu (1/6).

Sejak tahun lalu, tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun itu dikemas sedemikian rupa, hingga lebih menarik dan agamis. Di Argomulyo, Nyadran digelar lebih menarik dengan tambahan hiburan kesenian islami. Di antaranya berupa Hadroh dan elektonan, lengkap dengan siraman rohani dari Ustaz setempat. Di samping itu, nyadranan kali ini juga didahului dengan kirab bregodo dari Padhepokan Sendang Kamulyan ke Komplek Makam Sasonoloyo Jaranan yang berjarak sekitar 750 meter.

Panitia Nyadranan Dusun Jaranan, Sartono menyampaikan, Nyadran kali ini tidak hanya diikuti warga dusun setempat. Juga dari dusun tetangga, seperti Karanglo, Brongkol dan cangkringan. “Kebanyakan peserta Nyadran merupakan ahli waris dari warga yang dimakamkan di Sasonoloyo Jaranan,” tutur Sartono, Rabu (1/6).

Menurutnya, penyelenggaraan Nyadran merupakan upaya pelestarian budaya. Sehingga masyarakat terus mendoakan para leluhur yang telah meninggal dunia. Ke depannya Sartono berharap, tradisi nyadran dapat dikemas lebih menarik lagi. Misalnya dengan penampilan beberapa hiburan rakyat yang dimiliki warga diusun jaranan dan sekitar.

Di Yogyakarta, tradisi nyadran tidak hanya melibatkan umat Islam. Pemeluk agama lain juga ikut dalam kegiatan ini. Diana misalnya, pemeluk agama katholik ini mengaku selalu mengikuti nyadran setiap tahun menjelang Ramadhan. Bahkan seluruh keluarganya turut menyiapkan berbagai hal yang dibutuhkan untuk Nyadran, seperti makanan dan kembang tujuh rupa untuk berziarah.

“Tradisi Nyadran sendiri mengandung nilai-nilai budaya dan kebersamaan. Makanya walaupun keluarga saya non-muslim, kita selalu ikut kegiatan ini,” ungkap Dian. Ia berharap tradisi Nyadran dapat memupuk rasa kebersamaan dan meningkatkan kerukunan antar umat beragama.

Terpopuler