Ramadhan Momentum Rajin Berzakat dan Sedekah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko

Rabu 01 Jun 2016 05:17 WIB

Bambang Sudibyo Foto: Republika/Agung Supriyanto Bambang Sudibyo

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Mayoritas Muslim awam di Indonesia masih berpandangan Ramadhan hanya bulannya ibadah puasa. Pandangan ini mengabaikan ibadah lain yang keutamaan memiliki poin yang sama penting di ramadhan, seperti yang telah dijanjikan AllahSWT.

Hal inilah yang ditekankan Ketua Badan Amal Zakat Nasional (Baznas), Bambang Sudibyo. Mantan menteri di era presiden Gus Dur dan SBY ini mengatakan satu diantara ibadah yang sering disepelekan di Ramadhan adalah menunaikan zakat infak dan sedekah.

Bambang pun bertekad Ramadhan akan menjadi momentum terbaik menyadaran umat yang berkemampuan, agar  lebih banyak menyalurkan hartanya berzakat, infak dan sedekah. Guru Besar Ekonomi UGM ini mengungkapkan pentingnyaramadhan dikaitkan dengan potensi zakat, infaq dan sadaqah.

Baginya semarak Ramadhan selalu dibarengi dengan fenomena ekonomi. Ini terlihat ketika umat cenderung lebih konsumtif baik selama ramadhan hingga menjelang Idul Fitri.

"Karena itu kenapa tidak semarak ramadhan juga tren momentum untuk lebih rajin berzakat, bersedekah dan berinfaq," kata dia kepada Republika.co.id, kata dia baru-baru ini.

Menurutnya, fenomena ekonomi yang dibarengi dengan perilaku konsumtif umat akan lebih memiliki makna besar bila dibarengi semangat berzakat berinfaq dan bersedekah. Dengan demikian pesan ramadhan yang menjanjikan nilai ketakwaan bisa diwujudkan. Yakni memberi berkah bagi sesama muslim dan non muslim sekalipun.

Sebagaimana yang Allah SWT janjikan bagi orang beriman akan mendapatkan ketakwaan bila bersungguh-sungguh beribadah dan beramal. Ia menyadari tugas Baznas bersama lembaga zakat lain menyadarkan muslim yang mampu namun masih berat membayar zakat.

Di dalam Alquran disebut perintah puasa diiringi ayat membayar zakat. Ini menunjukkan zakat juga tidak bisa dipisahkan dengan ibadah ramadhan. Dalam rukun Islam juga disebutkan puasa berada pada urutan ke empat, sedangkan membayar zakat berada pada urutan ke tiga.

"Artinya berzakat tidak kalah penting bila kita kaitkan dengan ibadah di ramadhan," ujarnya. Namun kecintaan terhadap harta yang menjadi sifat naluri manusia seringkali membuat membayar zakat masih terasa berat. Menurutnya, inilah yang membuat banyak muslim masih menganggap enteng membayar zakat.

Karena itulah, di ramadhan ini ia berkeinginan semarak berzakat harus menjadi agenda bersama baik pemerintah, ormas Islam dan lembaga zakat. Sehingga potensi ekonomi selama ramadhan dapat dialihkan menjadi nilai zakat yang besar, yang digunakan sebesar-besarnya untuk menyejahterakan umat.