Ngabuburit, Khas Warga Bandung Menghabiskan Sore

Red: Didi Purwadi

Rabu 29 Jun 2016 17:07 WIB

Ngabuburit: Sejumlah warga bermain di taman alun-alun, Kota Bandung, Selasa (23/6). Foto: Republika/Septianjar Muharam Ngabuburit: Sejumlah warga bermain di taman alun-alun, Kota Bandung, Selasa (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Banyak cara masyarakat Indonesia melakukan kegiatan menyambut dan mengisi Ramadhan. Di Bandung, misalnya, warga melakukan apa yang akrab disebut ngabuburit.

Ngabuburit berasal dari bahasa Sunda, burit yang berarti sore. Hal ini sudah menjadi salah satu tradisi di kalangan masyarakat Kota dan Kabupaten Bandung. Menunggu sore dengan berjalan-jalan sekitar rumah menjadi hal yang 'wajib' dilakukan sebelum buka puasa.

Banyak pasar dadakan atau pasar kaget yang buka saat waktu ngabuburit ini. Dari Bandung Tengah sampai Bandung Timur, banyak titik yang bisa dijadikan sebagai lahan untuk berjualan bagi para pedagang dadakan. Di daerah Bandung Timur, dari Cicaheum, Antapani, Arcamanik, Ujung Berung, Cibiru, sampai Cileunyi banyak ditemukan pasar kaget.

Para pedagang dadakan itu tentu berharap mendapatkan rezeki yang berlimpah pada momen besar umat Islam tersebut. Bahkan, pedagang dan pembeli tak usah bingung mencari lahan untuk bertransaksi. Tanah kosong depan masjid, lapangan, sampai halaman kampus pun penuh dengan orang-orang.

“Buat ngilangin rasa lapar saja. Kan dengan ngabuburit ini, jadi lupa lapar dan hausnya,” kata Agnia Handini, salah seorang warga Bandung, seperti dikutip dari Pusat Data Republika.

Tak dimungkiri, ajang ngabuburit membuat jalanan menjadi macet. Pedagang dan pembeli yang meluap sampai ke tepi jalan, membuat para pengendara susah untuk terus melaju. Tapi, ngabuburit tetap menjadi tradisi yang selalu dinanti warga Bandung dalam menghabiskan sore menanti waktu berbuka puasa.

Terpopuler