Fawanis Berbenderangan di Setiap Sudut Kota Mesir

Red: Didi Purwadi

Rabu 22 Jun 2016 21:22 WIB

Lampu tradisional (fawanis) marak dijual di Mesir setiap bulan Ramadhan. Foto: AP Photo/Amr Nabil/ca Lampu tradisional (fawanis) marak dijual di Mesir setiap bulan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara-negara di Timur Tengah punya beragam tradisi memeriahkan Ramadhan. Seperti lampu hias fawanis yang jamak ditemui di Mesir saat bulan suci Ramadhan tiba.

Di jalan protokol, permukiman, dan kawasan wisata, banyak yang menjajakan fawanis. Lampu tersebut dipasang untuk menandakan Ramadhan.

Kata fawanis adalah bentuk jamak dari kata fanus. Kata yang berarti lampu ini berasal dari bahasa Yunani. Tradisi memasang lampu tersebut belum dikenal di Negara Piramida hingga pada 358 Hijriah warga Mesir menggunakan untuk penerang jalan.

Mereka menyambut kedatangan al-Muiz Lidinillah ke Mesir. Peristiwa tersebut bertepatan dengan Ramadhan. Sejak itulah, fawanis menjadi ikon Ramadhan di Mesir.

Tradisi unik khas Ramadhan lainnya yakni suara dentum meriam, tepat saat matahari terbenam di ufuk barat. Ini pertanda waktu berbuka tiba. Kebiasaan itu muncul tak sengaja.

Pada 865 H, penguasa Dinasti Mamluk, Khasyqadam, menjajal meriam baru. Kebetulan, waktu itu bertepatan saat berbuka puasa. Suara dentum meriam terdengar keras seantero Kota Kairo.

Penduduk pun terperangah. Mereka tidak protes. Justru mengapresiasi. Dentuman meriam tersebut bisa menjadi ikon unik khas Ramadhan. Tak cuma isyarat berbuka, suara meriam pun dipakai untuk penanda saat sahur dan imsak.

Terpopuler