Kunutan, Tradisi Ketupatan ala Masyarakat Pulau Pramuka

Red: Didi Purwadi

Senin 20 Jun 2016 21:21 WIB

Kunutan atau tradisi ketupatan (ilustrasi) Foto: Republika/Agung Supriyanto Kunutan atau tradisi ketupatan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat biasanya mulai sibuk membuat ketupat ketika mendekati hari raya Idul Fitri. Tapi, bagi masyarakat Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, pembuatan ketupat sudah lazim dilakukan sejak hari ke-15 Ramadhan.

Tradisi pembuatan ketupat saat pertengahan Ramadhan ini dikenal dengan istilah kunutan. Mereka menggelar tradisi kunutan guna mempererat tali silaturahim antarmasyarakat selama menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Secara rutin, warga membuat ketupat pada hari ke-15 Ramadhan. Kaum ibu membuat ketupat di rumahnya masing-masing. Setelah shalat Tarawih, mereka akan berkumpul sambil membawa ketupat dan memakannya secara berjamaah.

''Kadang-kadang, ada juga kelompok warga yang melakukan iuran, lalu membuat ketupat secara kolektif,'' kata Wiwit Supriati (31 tahun), warga Pulau Pramuka, seperti dikutip dari Pusat Data Republika.

Ketupat itu kemudian dimakan bersama warga yang jumlahnya lebih banyak lagi. Makan ketupat biasanya dibarengi dengan makan sayur kentang yang dimasak dengan kuah santan.

Ibrahim (41 tahun), salah seorang pengelola Madrasah Diniyah Hajja Kalsum Pulau Pramuka, menjelaskan tradisi kunutan telah ada sejak ia kecil. Menurut cerita leluhurnya, kunutan merupakan sebuah doa dan hikmah dari qunut yang bertujuan menaruh harapan kepada Allah dalam menolak bahaya atau mendatangkan kebaikan di masyarakat.

Namun, kata Ibrahim, tradisi-tradisi keislaman di masyarakat kini semakin terkikis dari tahun ke tahun. Salah satunya yang mulai terkikis adalah tradisi tadarusan pada anak-ana.

Dahulu, Ibrahim mengatakan, tradisi anak-anak yang melakukan tadarus Alquran pada Ramadhan ketika Maghrib menjelang selalu dilaksanakan. Bahkan, sering kali anak-anak tadarusan sampai makan sahur tiba. Namun, saat ini tradisi tersebut sudah hilang.

Terpopuler