REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Hubungan antarumat beragama di Bali terjalin dengan sangat harmonis. Itu tergambar dalam tradisi 'Ngejot' yang digelar Muslim Bali untuk merayakan hari raya Idul Fitri.
Tradisi 'ngejot' yaitu memberikan menu makanan, kue dan buah-buahan kepada sahabat dan warga lintas agama yang tinggal di pemukiman sekitarnya. Umat Hindu yang menerima menu makanan tersebut akan membalasnya pada Hari Raya Galungan.
Seorang ulama di Bali, Taufik As'Adi, pernah mengatakan tradisi dan budaya 'Ngejot' hingga sekarang masih tetap lestari, baik di desa maupun perkotaan di Pulau Dewata.
''Kondisi demikian itu telah diwarisi secara turun temurun sejak ratusan tahun silam, berkat adanya saling pengertian dan menghormati satu sama lainnya,'' katanya seperti dikutip dari Pusat Data Republika.
Tradisi 'ngejot' bagi komunitas muslim di pedesaan menunjukkan adanya kekerabatan yang begitu akrab dengan umat lainnya yang beragama Hindu maupun agama lainnya.
Umat Islam bermukim di daerah pedesaan sejak zaman kerajaan di Pulau Bali antara lain di Desa Pegayaman Kabupaten Buleleng; Budakeling, Kabupaten Karangasem; Petang, Kabupaten Badung; Kepaon, Serangan, Kota Denpasar; dan Desa Loloan di Kabupaten Jembrana.
Hal itu mencerminkan keakraban dalam kehidupan sehari-hari, yang secara tidak langsung memberikan dampak positif dalam memantapkan kerukunan hidup beragama yang telah dapat diwujudkan selama ini.