Lebaran Topat, Warga Mataram Sibuk Membuat 'Bantal'

Red: Didi Purwadi

Rabu 13 Jul 2016 13:31 WIB

Ziarah Lebaran Topat Foto: Antara Ziarah Lebaran Topat

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, memiliki tradisi 'Lebaran Topat' atau 'Lebaran Ketupat'. Tradisi masyarakat Pulau Lombok ini digelar sepekan setelah hari raya Idul Fitri.

Di sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Dasan Agung, masyarakat sejak pagi biasanya langsung menyerbu para pedagang janur yang datang dari luar Kota Mataram. Mereka membutuhkan janur sebagai bahan untuk membuat kulit ketupat.

Selain sebagai bahan untuk membuat kulit ketupat, janur juga digunakan untuk membuat 'bantal' tradisional atau jajan berbahan dasar ketan pada H-1 'Lebaran Topat'.

Masyarakat rata-rata membeli janur kuning 40 lembar hingga 50 lembar. Tapi, ada juga yang membeli kulit ketupat yang sudah jadi.

Pada hari 'Lebaran Topat', masyarakat Lombok seharian makan ketupat sebagai pengganti nasi. Dari sarapan pagi hingga makan malam, mereka makan ketupat meski ada juga yang tidak senang ketupat.

Ketupat, jajan 'bantal' beserta pelengkapnya seperti opor ayam, urap dan lainnya dibuat penduduk di samping untuk hidangan di rumah, juga dibawa sebagai bekal untuk wisata ke lokasi wisata dan ziarah makam.

Seperti dikutip dari Pusat Data Republika, prosesi tradisi 'Lebaran Topat' diawali dengan ziarah makam, doa dan zikir di makam yang dikeramatkan. Selanjutnya dilakukan selakaran sekaligus "ngurisan" (cukur rambut bayi) dan ditutup dengan acara "begibung" atau makan ketupat bersama dengan sanak saudara.

Terpopuler