MUI Minta Tayangan Televisi Hentikan Gosip Saat Ramadhan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Achmad Syalaby

Ahad 29 May 2016 16:45 WIB

Tayangan televisi yang tidak sehat untuk ditonton publik.  (ilustrasi) Foto: Antara/Agus Bebeng Tayangan televisi yang tidak sehat untuk ditonton publik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berita-berita pesohor menjadi salah satu tayangan televisi favorit masyarakat. Sayangnya, selama ini banyak tayangan yang bersifat gosip yang malah banyak membawa mudharat.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengungkapkan dua syarat utama tayangan-tayangan televisi yang santun, terutama untuk ditayangkan saat Ramadhan. Menurut Cholil, tayangan-tayangan televisi khususnya yang berjenis pemberitaan, harus sesuai fakta dan memiliki nilai-nilai kebaikan bagi penonton.

"Satu harus sesuai fakta, dua harus membawa kebaikan, untuk apa jika tidak membawa kebaikan," kata Cholil kepada Republika.co.id, Ahad (29/5).

Ia mengungkapkan, salah satu tayangan televisi yang menjadi perhatian adalah infotainmen, yang memang menyajikan berita-berita terkini dari pesohor Tanah Air. Cholil menegaskan, berita-berita semisal pertengkaran suami dan istri yang memang fakta sekalipun, tidak layak ditayangkan lantaran tidak memiliki kebaikan bagi penonton.

Cholil mempertanyakan, apa manfaat dari masyarakat mengetahui berita-berita semisal soal keretakan rumah tangga seseorang, terlebih baru dugaan dan belum pasti terjadi. Maka itu, ia turut meminta masyarakat memiliki benteng diri, untuk tidak mengonsumsi tayangan-tayangan riba atau tentang keburukan orang lain.

Hal itu, lanjut Cholil, turut berlaku bagi acara-acara televisi yang bersifat komedi, untuk tidak mengumbar pornografi dan disajikan dengan bahasa santun. Ia menilai, banyak cara cerdas yang bisa dilakukan insan televisi dalam mengemas sebuah tayangan, menjadi tayangan yang santun dengan unsur fakta dan membawa kebaikan. 

Terpopuler