REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan menyapa kaum Muslimin di seluruh dunia. Bagi masyarakat Semarang, ada menu khas yang selalu dinantikan kehadirannya tiap kali 'bulan suci penuh berkah' itu tiba.
Apalagi kalau bukan bubur India khas Masjid Jami Pekojan Semarang. Berbuka puasa dengan hidangan semangkuk bubur India sudah menjadi tradisi Masjid Jami Pekojan yang berlangsung sejak 200an tahun lalu.
Seperti dikutip dari Pusat Data Republika, sebanyak 200 hingga 300 mangkuk bubur India dihidangkan setiap hari untuk umat muslim yang akan berbuka puasa Ramadhan. Tradisi membuat dan menghidangkan bubur India di masjid itu sudah berlangsung sejak sekitar 200 tahun lalu.
Tradisi bubur India sebenarnya sudah berlangsung sejak 1878. Saat itu ada seorang pedagang dari Gujarat (India) yang datang dan menikah di daerah Pekojan. Langkahnya diikuti oleh pedagang-pedagang Gujarat lainnya sehingga mereka akhirnya membentuk komunitas Muslim di Pekojan.
Guna mempererat tali silaturahim dengan masyarakat sekitar, mereka membuat tradisi berbuka dengan menu bubur India yang khas dengan aroma bumbunya seperti jahe, salam, pandan dan minyak samin.
Tanpa terasa selama 200 tahun lebih, tradisi bubur India khas Masjid Pekojan ini tetap terjaga dan hanya ada selama bulan suci Ramadhan. Tradisi ini mampu mempererat keharmonisan masyarakat setempat yang multietnis. Sejumlah orang dari berbagai etnis seperti Jawa, Cina, India dan Arab membaur di Masjid Pekojan untuk berbuka puasa dengan menu khas bubur India.
Masjid Jami Pekojan, yang memiliki luas 3.515 m2, sudah sangat tua sekali. Tapi, ada satu yang tidak pernah berubah dari masjid yang didirikan pada 1305 tersebut: bubur Indianya.