REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ragam tradisi menjelang bulan Ramadhan tak lekang oleh waktu. Salah satunya, ritual Nyadran yang diterapkan masyarakat Muslim di Jawa Tengah.
Cendikiawan Nahdlatul Ulama, Umaruddin Masdar, memaparkan bahwa Nyadran merupakan tradisi yang biasa dilakukan masyarakat di bulan Sya'ban (ruwah).
“Kegiatannya meliputi ziarah ke kuburan leluhur, tahlilan dan mendoakan arwah para leluhur, membuat shodaqoh (slametan) yang pahalanya dikirim untuk arwah leluhur,” ujar Umaruddin seperti dikutip dari Pusat Data Republika.
Varian Nyadran bisa pula diisi dengan khataman Alquran 30 juz. Secara umum, imbuh Umaruddin, Nyadran diadakan di kompleks pemakaman kampung. Ada juga yang diadakan di masjid-masjid.
Di samping itu, jelas Umaruddin, tradisi Nyadran mengandung makna menyucikan hati menyambut bulan suci. “Dan sudah pasti, Nyadran merupakan forum silaturahim dengan saudara dan para tetangga yang mungkin berpisah karena alasan pekerjaan,” katanya.
Tradisi Nyadran warga Jawa Tengah menyambut Ramadhan mengandung hikmah penting tentang mempersiapkan amal sholeh sebagai bekal di akhirat.
''Nyadran juga berfungsi tuzakkirul akhirah atau tuzakirul maut. Yaitu, mengingat mati atau ingat akhirat,'' kata Umaruddin.
Melalui tradisi Nyadran dengan ziarah kubur dan slametan, katanya, umat Muslim diingatkan agar tak terlalu sibuk mengurus dunia. Sehingga bisa mempersiapkan bekal untuk kehidupan abadi.