Tarusung, Mengantar Sultan ke Masjid di Malam Lailatul Qadar

Red: Didi Purwadi

Senin 27 Jun 2016 20:00 WIB

Pemandangan Kota Ternate dari atas kaki Gunung Gamalama Foto: Andi Nur Aminah/Republika Pemandangan Kota Ternate dari atas kaki Gunung Gamalama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ternate punya tradisi unik dalam menyambut malam lailatul qadar. Ritual yang dikenal dengan nama Tarusung ini diawali dari Kedaton Kesultanan Ternate yang merupakan bekas pusat pemerintahan Kesultanan Ternate.

Prosesi penyambutan malam Lailatul Qadar selalu digelar pada malam 27 Ramadhan. Masyarakat di daerah ini sejak zaman dulu meyakini bahwa pada malam itulah turunnya Lailatul Qadar.

Prosesi penyambutan malam Lailatul Qadar dipusatkan di Kedaton Kesultanan Ternate. Diawali dengan mengantar Sultan Ternate ke Masjid Kesultanan untuk melaksanakan shalat Isya dan Tarawih. Sultan ditandu di atas tandu khusus oleh pasukan adat. Proses ini disebut Tarusung.

Perjalanan Sultan Ternate menuju Masjid Kesultanan berjarak sekitar 300 meter dikawal pasukan adat. Mereka membawa obor serta tabuhan gending (gong kecil) yang konon merupakan pemberian dari salah seorang Wali Songo, Sunan Gunung Jati.

'Puncak prosesi penyambutan malam Lailatul Qadar dilaksanakan usai shalat Tarawih dengan menggelar berbagai ritual. Seperti, pembacaan doa dan zikir di Kedaton Kesultanan Ternate yang dihadiri seluruh perangkat adat dan masyarakat setempat.

Pada malam itu, lingkungan di sekitar Kedaton Kesultanan Ternate, termasuk di wilayah Kota Ternate, dipenuhi dengan lampion dan obor. Juga wewangian dari pembakar damar sebagai simbol kebahagiaan masyarakat setempat menyambut turunnya Lailatul Qadar.

 

Terpopuler