REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Mendekati bulan suci Ramadhan, Kota Depok diperkirakan akan kebanjiran pengemis. Sebanyak 50 persen dari total pengemis di Depok akan bertambah ke kota penyangga Jakarta ini. Berdasarkan Data Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Pemerintah Kota (Pemkot) Depok tercatat ada 110 orang pengemis, gelandangan 50 orang, anak jalanan 500 orang, dan wanita tuna sosial (WTS) 216 orang.
''Jelang Ramadhan dan saat Ramadhan, jumlah itu akan meningkat hingga 50 persen dari jumlah yang ada saat ini. Kami sudah mengadakan rapat untuk antisipasi serbuan pengemis,'' ujar Kepala Disnakersos Kota Depok Diah Sadiah, di Balai Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (26/5).
Diah menuturkan, pihaknya melakukan pembinaan yang intensif ke pengemis dan pekerja seks komersial (PSK). Untuk PSK yang terjaring bakal direhabilitasi di panti rehabilitasi Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sedangkan, pengemis bakal direhabilitasi di panti sosial Bina Karya Pangudi Luhur, Bekasi, atau dipulangkan.
Pemkot Depok mempunyai rumah singgah bagi pengemis di Beji. ''Rumah singgah tersebut merupakan tempat penampungan hasil jangkauan Satpol PP, seperti anjal (anak jalanan) yang belum dijemput orang tua mereka,'' ungkap Diah.
Dia melanjutkan, pihaknya pun telah berusaha melakukan pembekalan keahlian bagi para pengemis dan anak jalanan yang berasal dari Depok. Juga terhadap para orang tua anak jalanan, bahkan diberikan pelatihan dan dipekerjakan di berbagai perusahaan sebagai pembantu. ''Masalahnya, mayoritas pengemis bukan warga Depok. Yang warga Depok, kami bantu. Yang dari luar dipulangkan,'' jelas Diah.
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2012 tentang ketertiban umum melarang warga memberi atau menerima untuk pengemis dan anak jalanan di jalan. Banyak dari mereka yang beroperasi ke rumah-rumah warga. "Kami terus mendukung penegakan Perda 16 Tahun 2012 tentang pembinaan dan pengawasan ketertiban umum. Alhamdulillah, sekarang jumlah mereka di jalan berkurang cukup drastis," kata Diah.