'Perang Ketupat' Jelang Ramadhan

Red: Didi Purwadi

Selasa 31 May 2016 07:27 WIB

Di Indonesia, ketupat merupakan simbol penting. Foto: Republika/Wihdan Hidayat Di Indonesia, ketupat merupakan simbol penting.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Desa Tempilang, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung punya tradisi unik bernama 'Perang Ketupat'. Meski tidak terkait dengan ritual menyambut Ramadhan, tradisi ini dilakukan pertengahan bulan Sya'ban atau jelang bulan suci Ramadhan.

Pantai Pasir Kuning di Desa Air Lintang menjadi areal luas untuk 'berperang'. Disebut perang ketupat karena dua kubu berhadap-hadapan melempar ketupat ke arah kubu lawannya.

Tokoh masyarakat Bangka, Sastrawan Rani, mengatakan tradisi perang ketupat sudah berlangsung sejak 1883. ''Dari hasil penelusuran sejarah, perang ketupat mulai ada di Tempilang pada saat Gunung Krakatau meletus,'' ujar Sastrawan seperti dikutip dari Pusat Data Republika.

Desa Tempilang di sekitar 80 kilometer dari Kota Pangkalpinang. Tradisi turun temurun ini, menurut Sastrawan, ada lima rangkaian. Namun, perang ketupatlah yang terkenal.

Sementara pemerhati budaya Bangka, Mochtar Ajmain, menyebut esensi perang ketupat untuk mengusir roh jahat yang mengganggu masyarakat Tempilang. Ketupat yang dipakai adalah isinya gadung (sejenis umbi-umbian--Red).

Gadung adalah umbi-umbian mengandung racun, jadi tidak seperti ketupat sekarang. ''Dulu kan beras mahal,'' ujar Mochtar.

Tradisi ini, diakui Mochtar, sebenarnya tidak berhubungan dengan pelaksanaan ibadah puasa. Hanya saja dilakukan pada pertengahan bulan Sya'ban atau menjelang Ramadhan.

Perang Ketupat, Mochtar mengatakan, adalah tradisi lama yang dilakukan orang Lom, orang Bangka sebelum Islam masuk ke sana. ''Jadi, sebetulnya ini tidak ada hubungannya dengan mau masuk puasa. Tapi pelaksanaannya yang memang berdekatan,'' kata Mochtar.

Terpopuler