REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang Keterbukaan Informasi Hadi Mustofa Djuraid Kementerian Perhubungan menyebutkan, salah satu tugas besar pemerintah untuk menghadapi arus mudik dan balik Lebaran di masa mendatang adalah kesiapan angkutan darat. Angkutan darat ini termasuk pula kesiapan infrastuktur pendukung termasuk rencana rekayasa lalu lintas yang digunakan.
Hadi tidak menampik kemacetan masih terjadi di sejumlah titik saat arus mudik maupun arus balik. Kemacetan ini, lanjutnya, diakibatkan karena keberadaan pasar tumpah obyek wisata yang berada di sepanjang jalur yang dilewati pemudik.
"Tapi kalau soal kemacetan kan stake holder banyak nya banyak. Bahkan kami (Kementerian Perhubungan) bukan dominan untuk lalu lintas darat. Dari segi pengaturan dan rekayasa adalah polisi. Kesiapaan jalan raya adalah Kementerian PU dan dinas perhubungan di daerah. Sejak otonomi daerah, dinas ini tidak langsung di bawah kita," kelas Hadi, Ahad (26/7).
Untuk kesiapan angkutan darat, lanjut Hadi, infrastruktur jalur kereta api harus diperhatikan. Kementerian Perhubungan mencatat, keberadaan lintasan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan raya memberikan sumbangan yang besar untuk kemacetan. Nantinya, akan dibuat jalan layang kereta api atau underpass bagi angkutan darat.
"Makanya kementerian PU kemungkinan pemda perlu duduk bersama utnuk mengurangi seminimal mungkin lintasan sebidang ini. Apakah dengan fly over atau under pass," ujar Hadi.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kemacetan di jalur pantura berpusat di sejumlah sentra oleh oleh. Seperti di Brebes, banyak pemudik yang mampir untuk membeli oleh-oleh telur asin di sentra oleh-oleh yang tersebar di sepanjang ruas jalan pantura Brebes.
Seorang pemudik yang kembali ke Jakarta, Dhony Widyasandy (24 tahun) mengaku, bus yang dia tumpangi terpaksa melawan arah di jalur yang berlawanan. "Bus kami memang agak nekat. Tapi memang kondisi macet. Lagian di sana tidak ada polisi yang jaga. Petugas kepolisian minim di lapangan," ujarnya.
Dhony mengaku menempuh jarak Kediri, Jawa Timur menuju Jakarta selama 28 jam. Dia mengeluhkan sejumlah infrastuktur di lapangan yang kurang siap, terutama keberadaan toilet yang minim di sejumlah rest area.