Rayakan Tradisi Lebaran Topat, Warga Mataram Buru Janur Kuning

Red: Agung Sasongko

Kamis 23 Jul 2015 07:43 WIB

Ziarah Lebaran Topat Foto: Antara Ziarah Lebaran Topat

REPUBLIKA.CO.ID, Warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis, memburu pedagang janur kuning di sejumlah pasar tradisional di kota itu, sebagai bahan membuat ketupat.

Selain ketupat, janur juga digunakan masyarakat untuk membuat "bantal" tradisional atau jajan berbahan dasar ketan pada H-1 "Lebaran Topat" atau Lebaran Ketupat --yang merupakan tradisi masyarakat Pulau Lombok dan dirayakan Jumat (24/7) atau seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri.

Di sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Dasan Agung, Ampenan, Kebon Roek, Cakranegara dan Karang Jasi, masyarakat sejak pagi langsung menyerbu para pedagang yang datang dari luar Kota Mataram seperti Gunungsari, Kekait, Medas dan Wadon Kabupaten Lombok Barat.

Masyarakat rata-rata membeli janur kuning 40 lembar hingga 50 lembar dengan harga Rp3.000 per sepuluh lembar, namun ada juga yang membeli bahan ketupat yang sudah jadi dengan harga Rp6.000 per 10 biji.

Salah seorang pedagang janur kuning di Pasar Kebon Roek Saknah (45) mengatakan, saat "penampahan" atau H-1 Lebaran Topat, ia dapat menjual janur kuning hingga Rp200.000 sementara pada hari biasa harganya hanya Rp30.000 hingga Rp40.000.

"Ini merupakah rizki dari Allah yang harus disyukuri sekali setahun. Alhamdulillah ada untuk nambah beli lauk untuk Lebaran Topat besok," ujarnya.

Pada hari Lebaran Topat masyarakat Lombok seharian makan ketupat sebagai pengganti nasi, mulai dari sarapan pagi hingga makan malam, meskipun ada juga yang tidak senang ketupat.

Ketupat, jajan "bantal" beserta pelengkapnya seperti opor ayam, urap dan lainnya dibuat penduduk di samping untuk hidangan di rumah, juga dibawa sebagai bekal untuk wisata ke lokasi wisata dan ziarah makam.

Seperti di Makam Loang Baloq Kecamatan Sekarbela, Makam Bintaro Kecamatan Ampenan, Makam Batu Layar di Kecamatan Batu Layar dan makam-makam lainnya yang dikeramatkan oleh warga Pulau Lombok.

Sementara sejumlah objek wisata terutama kawasan pantai pada hari Lebaran Topat rata-rata dipadati ribuan pengunjung yang merayakan puncak Lebaran Topat.

Apalagi, di objek wisata Senggigi Lombok Barat, dengan jarak sekitar 12 kilo meter ke arah utara Kota Mataram dapat dipastikan akan terjadi kemacetan arus lalu lintas.

Proses tradisi Lebaran Topat diawali dengan ziarah makam, doa dan zikir pada makam yang dikeramatkan. Selanjutnya dilakukan selakaran sekaligus "ngurisan" (cukur rambut bayi) dan ditutup dengan acara "begibung" atau makan ketupat bersama dengan sanak saudara yang ada.

Terpopuler