REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Aktivitas mudik dalam Idul Fitri diharapkan tidak sekadar menjadi kegiatan rutin, tetapi harus menjadi momentum untuk membawa pencerahan bagi masyarakat.
Hal ini disampikan Sosiolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara Dr Ansari Yamamah di Medan, Ahad (19/7).
Menurut Ansari, aktivitas mudik dalam Lebaran sebenarnya kegiatan yang sangat baik dan perlu dilestarikan. Dengan kembali ke kampung, masyarakat yang selama ini hidup di perkotaan dapat mengambil kembali ajaran-ajaran yang bersifat kearifan lokal wisdom seperti sifat jujur, setia kawan, kepedulian, dan gotong toyong.
Kearifan lokal tersebut sangat diperlukan untuk dibawa dan diaplikasikan dalam kehidupan kosmopolitan perkotaan yang selama ini terkesan kurang mengutamakan berbagai budaya bangsa itu.
"Jadi, mudik tidak terperangkap dalam pameran kekayaan yang membawa dampak negatif bagi masyarakat pedesaan," katanya.
Ia mengatakan, mudik dalam Lebaran perlu terus dilestarikan karena dapat meningkatkan silaturahim yang merupakan salah satu anjuran dalam hari besar keagamaan tersebut.
Dengan mudik, diharapkan tetap terjaga kesadaran akan asal muasal masyarakat yang selama ini tinggal di perkotaan. Dengan kesadaran tersebut, masyarakat desa yang telah beralih ke perkotaan tetap memiliki kepedulian terhadap perkembangan dan kemajuan desa masing-masing.
Mudik itu juga momentum bagi masyarakat urban untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat desa tentang realitas hidup di perkotaan yang membutuhkan ilmu pengetahuan, wawasan, keahlian, dan rancangan masa depan.
Dengan interaksi dan tukar pengalaman selama mudik, diharapkan masyarakat pedesaan dapat membekali diri terlebih dulu jika ingin memilih untuk merantau ke perkotaan.