Warga Berebut Gunungan Gerebeg Syawal

Rep: C97/ Red: Yudha Manggala P Putra

Sabtu 18 Jul 2015 20:45 WIB

Masyarakat Yogyakarta berebut hasil rempahan bumi dari gunungan di Masjid Kauman, Yogyakarta, Sabtu (18/7).  (Republika/Agung Supriyanto) Masyarakat Yogyakarta berebut hasil rempahan bumi dari gunungan di Masjid Kauman, Yogyakarta, Sabtu (18/7). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Ratusan masyarakat berebut gunungan 1 syawal yang dipersembahkan oleh Keraton Yogyakarta. Berdasarkan kalender jawa, tanggal 1 Syawal tahun Ehe 1948 jatuh pada hari Sabtu Pon atau 18 Juli 2015.

Setiap tanggal 1 Syawal keraton selalu mengadakan Grebeg Gunungan di tiga tempat, yaitu Masjid Gede Kauman, Kepatihan, dan Pakualaman. Ada enam gunungan yang dipersembahkan dalam perayaan menyambut Idul fitri. Antara lain, dua gunungan kakung, dan masing-masing satu untuk gunungan estri, gepak, dharat, serta pawuhan.

Sebelum diarak ke tiga tempat Grebeg, Gunungan didoakan terlebih dulu di dalam Keraton. Kemudian dibawa melewati Pagelaran Keraton dan Alun-alun Utara. Petugas pengantar gunungan terdiri dari prajurit pakualaman, dan abdi dalem.

Ratusan masyarakat mengikuti prosesi arak-arakan dari Komplek Keraton sampai ke tiga titik Grebeg Gunungan. Suasana semakin semarak ditambah dengan iringan alat musik para prajurit. Di antaranya drum band, terompet, dan gamelan.

Sesampainya di Masjid Gede Kauman, masyarakat langsung berebut empat gunungan. Sedangkan dua gunungan lainnya diserahkan ke Kepatihan dan Pakualaman. Dalam waktu kurang lebih 15 menit, gunungan sudah habis dibredeli masyarakat Yogyakarta.

Banyak yang berlomba-lomba mengambil dan melemparkan bagian gunungan. Riuh suara masyarakat terdengar jelas. Dari mulai orang dewasa dan anak-anak. Pecahan dan tusuk gunungan pun berseliweran di udara. Disambut dengan tangkapan tangan orang-orang yang menengadah.

Meskipun sudah habis, banyak pula masyarakat yang memulung serpihan gunungan di atas tanah. Mereka mengaku berebut Gunungan agar bisa mendapatkan berkah.

Seperti halnya Ngatini (30). Bahkan perempuan asal Bantul itu sengaja datang ke masjid Gede Kauman bersama anak dan ibunya sejak pukul 08.00 .

“Setiap tahun saya dan keluarga memanng selalu ikut Grebeg Gunungan 1 Syawal. Ya supaya dapat berkah dari Ngarso Dalem (Sultan Hamengku Buwono),” tuturnya uasai mengambil bagian dari gunungan, Sabtu (18/7). Menurutnya setiap bagian dari Gunungan akan membawa keberkahan bagi masyarakat.

Begitupun dengan warga Gondomanan, Kota Yogyakarta, Sutrisno (40). Ia sengaja membawa anaknya untuk berebut gunungan. Ia mengajak sang anak untuk memperkenalkan upacara keraton. Karena bagi masyarakat dalem benteng seperti dirinya, upacara keraton memiliki nilai yang harus diperkenalkan kepada anak cucunya.

“Supaya anak saya tahu ada upacara 1 syawal setiap tahun,” tuturnya pada Republika. Padahal ia dan keluarganya selalu mengikuti Grebeg Syawal. Namun begitu, menurut Sutrisno Grebeg Gunungan tahun ini tidak seramai tahun lalu.

“Tahun ini saya masih dapat bagian gunungan. Tahun kemarin tidak,” katanya. Warga Pojok Benteng timur, Bundari (50) mengatakan akan menyimpang bagian gunungan yang ia dapat di rumah. Ia juga mempercayai bagian dari gunungan akan membawa berkah bagi hidupnya.

Lihat foto-fotonya di sini

Terpopuler