Pengungsi Suriah Nikmati Lebaran di Pengungsian

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko

Sabtu 18 Jul 2015 13:25 WIB

Ribuan pengungsi Suriah lari ke Turki. Foto: UNHCR Ribuan pengungsi Suriah lari ke Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Berada jauh dari negeri kelahiran tak membuat pengungsi Suriah berkecil hati merayakan Idul Fitri. Mereka justru kompak saling menguatkan satu sama lain.

"Saya menghabiskan Idul Fitri jauh dari rumah untuk pertama kalinya. Saya berharap ini yang terakhir kalinya, tapi harapan itu juga terus berkurang setiap hari," kata salah seorang pengungsi, Bekir Sheyho kepada Anadolu Agency, dilansir dari onislam.net, Sabtu (18/7).

Terlepas dari penderitaannya, Bekir mengaku keadaannya di kamp pengungsian cukup baik. Hanya saja, kerinduan akan kampung halaman untuk menikmati lebaran bersama keluarga seperti tahun-tahun sebelumnya begitu mengganggu.

Pria ini semakin sedih lantaran tidak pernah mendapat kabar berita dari ayahnya. Ia tidak tahu apakah ayahnya masih hidup atau sudah mati. Jikalau dia sudah mati, Bekir hanya ingin tahu di mana kuburnya. Ia berharap konflik yang sekarang terjadi di seluruh dunia Islam akan segera berakhir.

Pengungsi Suriah telah tinggal di tenda dan kamp-kamp pengungsian yang disiapkan oleh Prime Ministry Disaster and Emergency Management Agency (AFAD) selama lima tahun terakhir.

Meskipun menemukan keselamatan di kamp-kamp Turki, para pengungsi terpaksa menikmati lebaran jauh dari orang-orang tercinta di rumah.  Bekir sebenarnya lebih memilih merayakan Idul Fitri di kampung halaman, terlepas dari semua risiko yang mungkin mengorbankan keselamatannya.

Jauh lebih lama dari Bakir, Husain Abdullah sudah empat tahun tinggal di kamp pengungsi Suriah. Pria yang kehilangan lima anak kandung dan seorang anak tiri akibat perang itu tinggal di kamp Süleyman Shah di distrik Akçakale Şanlıurfa, Turki.

"Perang sipil yang sedang berlangsung membuat kami tidak bisa merayakan Idul Fitri di Suriah. Turki bermurah hati menyediakan berbagai fasilitas, tetapi tanah air tetap berbeda," akunya.

Namun, untuk sementara, Hussein bersyukur bisa hidup aman di Turki. Menurutnya, itulah yang paling penting saat ini. Ia ingin menengok kuburan anak-anaknya, hanya saja ia takut dengan ancaman pasukan dan pesawat Islam.

Hussein berharap bisa kembali ke rumah setelah perang berakhir. Ia juga rindu berjumpa dengan anak laki-lakinya yang masih hidup. "Itu akan menjadi Idul Fitri yang nyata bagi saya," kata Hussein.

 

Terpopuler