Tawaran Upah Tinggi, tak Surutkan Niat Muslim Pakistan Mudik

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko

Jumat 17 Jul 2015 20:07 WIB

Muslim Pakistan Foto: AP Muslim Pakistan

REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Tak lengkap rasanya lebaran tanpa mudik ke kampung halaman. Farhan Ali, pria dari Timur Laut distrik Rahimyar Khan, Pakistan ini ditawari upah tiga kali lipat dari biasanya selama liburan Idul Fitri, tetapi dia menolak tawaran itu.

"Aku tahu aku bisa mendapatkan upah lebih tinggi di sini selama di Idul Fitri, tapi pesona merayakan hari raya bersama orang tua, istri, dan anak-anak sungguh tak tertahankan," kata Farhan, seorang pelayan restoran di Karachi, dilansir dari onislam.net, Jumat (17/7).

Kota Saddar di Karachi, pasar Anarkali Lahore, serta pasar Kissakhuwani Peshawar merupakan tempat para pekerja berkumpul untuk mendapatkan pekerjaan. Tak seperti biasa, tempat-tempat itu mendadak lengang saat Idul Fitri.

Islamabad, ibukota yang indah dengan populasi sekitar 2 juta orang, tampak kosong saat Idul Fitri. Para pejabat tinggi pemerintah mengizinkan pekerja rumah tangga mereka meninggalkan kota segera setelah pemerintah mengumumkan libur hari raya.

Para pekerja pun tak menyia-yiakan kesempatan itu. Farhan misalnya. Ia mengaku sudah tidak sabar untuk melihat anak-anaknya setelah setahun tak bersua. Sabir Hussein (40), juga merasakan hal yang sama. Pria dari timur laut distrik Vehari ini membuka sebuah kios tukang jahit di Karachi.

"Lebaran bukan hanya kesempatan bertemu dengan keluarga, tetapi juga reuni dengan teman lama. Kawan masa kecil dan teman sekolah yang telah tersebar di seluruh penjuru negeri karena tuntutan pekerjaan, berkumpul di kampung halaman saat Idul Fitri," kata Hussein.

Ia mengaku berhasil mendapatkan tiket, tapi tidak yakin apakah dia mendapatkan tempat duduk di tengah padatnya arus mudik. Bus sebenarnya bisa menjadi alternatif lain, tapi peningkatan tarif yang melangit membuat moda transportasi ini tidak terjangkau oleh orang-orang miskin.

Persoalan transportasi di Pakistan pun rupanya tak beda jauh dengan Indonesia. Meski pemerintah telah memberi peringatan tegas, para pengusaha bus tak kurang akal dalam mencari untung. Mereka menaikkan tarif tiga kali lipat dari hari normal.

Hussein mengatakan, mudik ke kampung halaman di tengah kepadatan lalu lintas Idul Fitri bukan hal mudah. Tapi, pesona merayakan Idul Fitri dengan keluarga dan teman-teman mendorongnya untuk tetap pulang. "Kami menunggu kesempatan ini sepanjang tahun,” tegasnya.