'Pertahankan Hasil Ibadah Puasa'

Red: Agung Sasongko

Jumat 17 Jul 2015 19:42 WIB

Warga melaksanakan ibadah Shalat Idul Fitri di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat (17/7). Seluruh umat muslim di Indonesia menjalankan ibadah Shalat Idul Fitri, 1 Syawal 1436 H dengan serentak pada hari ini. Foto: Republika/Raisan Al Farisi Warga melaksanakan ibadah Shalat Idul Fitri di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Jumat (17/7). Seluruh umat muslim di Indonesia menjalankan ibadah Shalat Idul Fitri, 1 Syawal 1436 H dengan serentak pada hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG --  Umat Islam di Nusa Tenggara Timur diimbau untuk memelihara dan mempertahakan kemenangan dan kesucian yang telah diraih melalui ibadah puasa selama satu bulan sebagai bekal untuk menghadapi ibadah puasa selanjutnya.

Idul Fitri itu merupakan hari kemenangan setelah melakukan jihad yang terbesar, yaitu berperang melawan hawa nafsu selama sebulan penuh, sehingga perlu dijaga dan dipertahankan agar tidak dinodai dengan perbuatan yang dilarang," kata Wakil Imam Masjid Raya Nurussa'adah Kupang Muhammad Ramli, S.PdI, MH, di Kupang, Jumat (17/7).

Sekretaris Umum Dewan Dakwah Islamiah Indonesia wilayah Nusa Tenggara Timur itu mengatakan setiap jamaah disunnahkan untuk bersilaturahmi, menghias diri dengan pakaian indah dan menarik, bukan karena pamer dan riya, tetapi membesarkan syiar Allah SWT.

"Dan di hari ini sebagian besar Umat Muhammad SAW diampuni Allah SWT seluruh dosa dosanya, sehingga diharapkan selama 10-11 bulan harus dipertahankan untuk menghadapi ibadah tahun berikutnya biar tetap bersih dan amanah," katanya.

Apakah semua orang yang berpuasa berhak mendapatkan gelar fitrah atas puasa dia mengatakan dari Semua orang yang berpuasa dengan bersungguh sungguh menahan hawa nafsunya semampunya dan mengikuti syarat syarat sah puasa, dan menghindari hal hal yg membatalkan puasa dan pahala puasa, maka bagi mereka anugerah kemenangan itu.

Bagi ayah dari Izzaitul Mujshida dan Ishom Qiwanul Umar serta Ivada Ghossania itu Ramadhan merupakan spiritual kepada Allah dan solidaritas kepada sesama baik Muslim maupun non-Muslim kapan dan dimana saja berada.

Sebab seringkali orang orang lalai akan akhir Ramdan mereka malah disibukan mengejar Lebaran dengan keduniaannya lalu melupakan apa yang telah diraih harus dijaga, dirawat dan dipertahankan.

"Kebiasaan Syaitan untuk selalu menyesatkan di waktu waktu yang mulia, dan banyak mereka yang terjerumus hingga menghancurkan Ramadhannya dengan merusak akhir Ramadhan, disaat gemilang cahaya anugerah Allah sedang memuncak," katanya.

Mereka katanya justru berpaling dari Allah swt, bagai Maha Raja sedang menyodorkan nampan nampan hadiah berlian termahal yang tak akan pernah kita temukan Maha Raja sebaik ini dan tak akan ada hadiah lebih berharga dari ini.

"kita malah berpaling menepiskan tangan sang Maha Raja hingga nampan berlian itu tumpah dan kita pergi pada Kepala penjahat musuh si Raja, untuk menerima batu batu tak berguna, yang justru hal itu membuat Maha Raja Murka.

Kearifan budaya yang kental dengan ajaran agama Islam ini, harus dijaga bahkan dipopulerkan sepanjang masa, agar generasi muda maupun masyarakat yang tidak mengetahui tentang lebaran ketupat bisa memahami bahwa perayaan ini tidak sekedar untuk menikmati ketupat dan opor ayam serta dodol dan nasi buluh secara bersama-sama saja.

Namun ada makna hakiki pada peringatannya, yaitu rasa syukur terhadap berkat yang dicurahkan sang Pencipta terhadap umat sepanjang tahun berjalan.

Terpopuler