Ganjar Ingin Shalat Idul Fitri di Lokasi Berbeda Tiap Tahun

Red: Bilal Ramadhan

Sabtu 18 Jul 2015 09:30 WIB

Ganjar Pranowo dan isteri usai mencoblos Foto: Republika/Bowo S Pribadi Ganjar Pranowo dan isteri usai mencoblos

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkeinginan melaksanakan shalat Idul Fitri di tempat yang berbeda pada setiap tahun, selama menjabat sebagai orang nomor satu di Provinsi Jateng.

"Tujuan saya melakukan itu agar masyarakat di Jateng merasakan bahwa Jateng tidak hanya Kota Semarang saja sehingga saya bisa shalat bersama rakyat di manapun," kata Ganjar saat dihubungi melalui telepon dari Semarang, Jumat (17/7).

Pada 2015, Ganjar melaksanakan shalat Idul Fitri 1436 Hijriah di Alun-Alun Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, bersama masyarakat umum, sedangkan pada tahun sebelumnya Ganjar shalat Idul Fitri di Lapangan Pancasila, kawasan Simpang Lima Semarang.

"Mungkin tahun depan saya bisa shalat Idul Fitri di tempat kelahiran saya di Tawangmangu yang cuma desa kecil," ujar politikus PDI Perjuangan itu.

Selain Idul Fitri, Ganjar juga ingin melakukan hal serupa pada perayaan Idul Adha setiap tahunnya. "Pelaksanaan shalat Idul Adha tahun lalu langsung saya mulai di tempat yang berbeda, saya tidak ingin ramai-ramai, melainkan ingin berbagi betul-betul berbagi," katanya.

Ganjar mengaku saat ini sedang mencari suatu masjid di tempat atau kampung di Jateng yang jarang dikunjungi pejabat karena ingin melaksanakan shalat Idul Adha sekaligus berkurban.

"Kita bawa sapi dan dipotong di situ agar masyarakat bisa menikmatinya, indahnya berbagi dan silaturahmi itu yang akan coba saya rasakan secara relasi spiritualitas serta relasi sosial biar semua bisa merasakannya," ujarnya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo telah menyerahkan zakat untuk sejumlah pengurus masjid di Kota Semarang yang akan menyalurkannya kepada masyarakat yang berhak menerima pada Idul Fitri 1436 Hijriah.

Pengurus Masjid Agung Jawa Tengah menerima zakat dari Gubernur Jateng, berupa beras empat ton, pengurus Masjid Baiturahman Semarang beras tiga ton, dan Masjid Agung Semarang (Kauman) beras dua ton.