REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Khatib Shalat Idul Fitri 1436 Hijriah di lapangan Polda NTT H Abdul Kadir Makarim mengimbau kepada semua pihak untuk berhenti mengdikotomi mayoritas dan minoritas dalam menyelesaikan berbagai persoalan di tengah masyarakat.
Karena dikotomi jelas bertentangan dengan amanat konstitusi yang menegaskan bahwa seluruh warga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam semua aspek kehidupan," katanya ketika bertindak sebagai Khotib pada 1 Syawal 1436 Hijriah di Kupang, Jumat (17/7).
Menurut Ketua MUI NTT tersebut, untuk mencegah hal itu, maka konstitusi telah mewajibkan negara melindungi semua warga negara Indonesia dimanapun tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan antargolongan apakah mayoritas atau minoritas.
Sehingga katanya pemerintah harus menindak pelaku anarkisme perorangan maupun kelompok yang menggunakan jubah agama untuk kepentingan pribadi ataupun kelompak siapaun dan apapun agamanya.
Selanjutnya melalui khutbah ini sebagai Ketua MUI NTT mengucapkan terima kasih kepada Gubernur NTT, Wali Kota Kupang, para bupati se-NTT, aparat keamanan TNI/Polri, dan seluruh masyarakat di daerah ini yang telah menjaga suasana selama sebulan penuh umat Islam melaksanakan Bulan Suci Ramadhan sehingga berjalan aman dan sukses hingga pelaksanaan 1 Syawal 1436 Hijriah.
"Ini harus dipertahankan terus tidak hanya pada saat bulan Ramadhan, aau Idul Fitri tetapi untuk aktivitas kemasyarakat selanjutnya sampai kapanpun," katanya.
Mari menjaga rasa kekelurgaan dan kebersamaan diantara kita walaupun kita berbeda-beda dalam berbagai hal tetapi jangan dibeda-bedakan satu dengan lainnya dengan terus memupuk toleransiyang telah lama tercipta.
"Jangganlah ada toleransi dan kerukunan yang semu di antara kita, karena akan menghasilkan kemunifikan dan Allah membeci orang yang seperti itu. Mari kita rukun dan toleran dari hati yang tulus dan bersih karena perbedaan yang personal dan kolektif merupakan fakta yang harus diharga dihormati dan dilindungi dan mengasihi diantara kita sesama," katanya.
Mari kita ciptakan kebersamaan dan kekeluarga laksanakan satu tubuh dimana salah satu sakit organ tubuh sakit atau luka, maka seluruh bagian dari tubuh itu ikut merasakan sakit atau luka dan menderita sehingga bersama-sama berjuang untuk menghilangkan rasa sakit itu dan menyebuhkan luka yang diderita itu.