Di Keraton Kasepuhan Cirebon, Khotbah Gunakan Bahasa Arab

Rep: Lilis Handayani/ Red: Dwi Murdaningsih

Jumat 17 Jul 2015 08:02 WIB

Khotbah Jumat (ilustrasi) Foto: alislam.org Khotbah Jumat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Gema takbir mengagungkan asma Allah berkumandang menyambut datangnya hari raya Idul Fitri, Jumat (5/10). Di Keraton Kasepuhan Cirebon, sejumlah tradisi pun digelar untuk menyambut hari kemenangan itu.

 

Tradisi yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu tersebut diawali bada (setelah) Subuh, penghulu dan kepala kaum menjemput Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat dan keluarganya. Selanjutnya, sultan menuju ruang Dalem Arum membawa CIS/ tongkat khotbah Sunan Gunung Jati, dan menyerahkannya kepada lurah keraton.

Selama ini, tongkat tersebut hanya disimpan di dalam Keraton Kasepuhan, dan tidak seorang pun boleh melihat apalagi memegang benda pusaka yang berusia sekitar 700 tahun tersebut. Tongkat yang memiliki panjang sekitar 1,2 meter itu hanya digunakan khotib setiap sholat Idul Fitri maupun Idul Adha.

Sultan beserta keluarga, penghulu, khotib agung, dan kepala kaum kemudian menuju Langgar Agung di halaman kemandungan Keraton Kasepuhan, untuk menunaikan solat Ied. Di tempat tersebut, khotbah dilakukan dengan menggunakan bahasa Arab dan membawa CIS. Sultan pun melaksanakan solat bersama-sama para wargi keraton.

Usai solat Idul Fitri di Langgar Agung, Sultan menuju Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Di masjid yang dibangun para Wali Sanga itu, Sultan kembali melaksanakan solat Idul Fitri bersama masyarakat umum. Namun, kali ini  khotbah yang dilakukan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, Sultan melaksanakan sholat Ied sebanyak dua kali.

 

Sultan Sepuh mengakui, sholat ied seharusnya hanya satu kali di Mesjid Agung Sang Cipta Rasa, yang masih berada di kompleks Keraton Kasepuhan. Namun, saat zaman orde baru, ada penyeragaman khotbah harus menggunakan bahasa Indonesia.

"Karena itu, tradisi khotbah dengan bahasa Arab ditarik ke Langgar Agung supaya tradisi tetap dipertahankan," tutur Sultan.

Sementara itu, dalam lebaran kali ini, Sultan mengajak umat Islam untuk mensyukuri nikmat berupa kesempatan beribadah puasa di bulan Ramadhan. Dengan puasa itu, diharapkan dapat meningkatkan dan memelihara iman dan takwa sampai Ramadhan berikutnya.

"Yang penting adalah iman dan takwa kita diaplikasikan sehari-hari dalam berumahtangga, bermasyarakat, di kantor, di pekerjaan, sehingga bangsa dan negara kita lebih baik lagi penuh dengan keberkahan," kata Sultan.