Ngantuk Jadi Faktor Utama Kecelakaan Selama Mudik Lebaran

Rep: C14/ Red: Ilham

Jumat 17 Jul 2015 01:10 WIB

Penumpang bus Rukun Jaya nopol AG 7698 UR jurusan Blitar telantar karena bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan di jalan raya Desa Tejo, Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, Rabu (15/7). Foto: Syaiful Arif Penumpang bus Rukun Jaya nopol AG 7698 UR jurusan Blitar telantar karena bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan di jalan raya Desa Tejo, Mojoagung, Jombang, Jawa Timur, Rabu (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Arus mudik tahun ini masih diwarnai sejumlah kecelakaan lalu lintas yang menelan korban jiwa. Menurut investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) FX, Nurcahyo Utomo, faktor yang paling sering menyebabkan kecelakaan nahas ialah pengemudi mengantuk karena kelelahan.

"Paling banyak karena kelelahan pengemudi," ujar FX Nurcahyo Utomo dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (16/7).

Dia melanjutkan, secara normal, orang akan mengantuk setelah 16 jam terjaga. Karena itu, dia meminta agar pemudik memperhatikan kalkulasi tersebut bila ingin fit dan selamat selama di perjalanan. "Performance turun setara (ibaratnya) kita minum satu gelas bir. Setelah 18 jam tidak tidur (efeknya) setara (minum) dua gelas bir. Kalau masih menyetir, sama saja dengan orang mabuk menyetir," tutur dia.

Karena itu, ada beberapa hal yang mesti dilakukan pemudik. Misalnya, jelas Nurcahyo, ketika terjadi kemacetan lalu lintas sementara supir sudah mengemudi lebih dari 16 jam, maka dia harus menepi untuk tidur.

"Ganti supir kalau ada. Kalau perusahaan bis, mengejar setoran, kurang tidur. Resikonya sangat tinggi," tutup dia.

Terpopuler