REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) beserta ormas-ormas muslim sudah menentukan tanggal satu syawal atau hari raya Idul Fitri jatuh pada Jumat, (17/7). Proses penentuan tersebut melewati sidang itsbath yang dilakukan tertutup guna menemui kesepakatan bersama. Namun ketua Muhammadiyah Din Syamsudin mengatakan, kalender umat Islam perlu disamakan demi menghindari kontroversi.
Din mengatakan, supaya umat Islam Indonesia segera menghindari hal-hal yang bisa memicu kontroversi. Pasalnya, penentuan tanggal satu syawal bisa saja memicu konflik. "Untuk penetapan ini maka harus punya kalender Islam bersifat tahunan," ujarnya pada konferensi pers seusai sidang itsbath.
Menurutnya, umat Islam perlu bersatu guna menyamakan suara secara nasional. Dengan demikian, umat Islam bisa memberi suara di tingkat internasional."Kami mendorong umat Islam di Indonesia untuk mendukung kalender Islam internasional," katanya. Ia menilai inilah saatnya bagi umat Islam di Indonesia berperan di kancah dunia.
Ia mengimbau kalender Islam yang mutlak mampu menghindarkan hal-hal negatif yang bisa saja muncul. Secara khusus, ia menyarankan agar menentukan titik pusat perhitungan penanggalan."Perlu tentukan titik pusat, yaitu Makkah untuk menyepakati kalender bersama," imbaunya. Terkait perbedaan metode dengan kelompok yang menggunakan rukyat atau pemantauan hilal secara langsung, ia menyarankan agar menggunakan mata hati. "Tidak harus menggunakan rukyat langsung pakai mata, tapi bisa pakai mata hati," jelasnya.