REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi tak sekedar mengenal Ramadhan sebagai bulan penuh berkah. Dari pengalamannya, ia melihat Ramadhan sudah menjadi gaya hidup baru dan tren. Mulai dari konsumsi masyarakat yang berlebihan sampai peningkatan produktivitas barang.
Namun gaya hidup yang menonjol saat bulan berkah itu datang kata Imam adalah gaya hidup yang religius. Busana muslim yang up to date laris manis dan sangat dicari masyarakat, festival hijab dengan butik-butiknya juga ramai dikunjungi.
Serta umrah bersama ustaz dan selebritis juga membuat masyarakat berebutan. "Semuanya laris manis, benar-benar menjadi berkah," kata Imam Nahrawi kepada ROL, Kamis (16/7).
Dengan konsumsi yang besar itu pula, produsen barang dan jasa mulai meningkatkan produktivitasnya. Produk makanan dan minuman, vitamin dan suplemen, hingga sandang dan kendaraan, bahkan transportasi, dikonsumsi dengan sangat luar biasa sepanjang lebaran.
Produsen barang dan jasa mengeluarkan belanja iklan yang lebih besar dari biasanya. Muslim yang merayakan ibadah ini dengan penuh khidmat sekali pun, disodori berbagai pilihan komoditas demi merayakan Ramadan dan lebaran.
Bagi politisi PKB ini umat Muslim mampu menahan diri dari rasa lapar sejak Shubuh hingga Maghrib. Tapi di luar itu, khususnya orang Indonesia tidak mampu menahan diri dari konsumsi yang berlebihan. Dari awal Ramdhan hingga sehari sebelum ditetapkannya idul fitri. Mal-mal di Jakarta khususnya mulai dipadati dengan pengunjung. Kafe dan resto, semuanya sesak oleh pengunjung yang hanya sekedar berbuka puasa.
Acara buka bersama (bukber) berlangsung setiap hari, dari bukber alumni sekolah, alumni kuliah, sesama komunitas, sesama main futsal, dll. Selama 30 hari penuh dengan orang-orang yang berbeda di mal, kafe, dan resto. Tentu saja uang yang dikeluarkan juga lebih banyak ketimbang biasanya makan di rumah, misalnya.
"Kafe dan resto disesaki pengunjung. Padahak mereka hanya sekedar untuk berbuka yang bisa dilakukan di rumah saja," kata Imam