REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid dalam kunjungannya ke Korea Selatan menyempatkan diri khataman Alquran di sebuah masjid di Incheon, Seoul bersama para TKI.
Dari kunjungannya itu, Nusron merasakan meski termasuk kaum minoritas, bukan berarti tak ada tempat ibadah untuk para TKI muslim yang ada di Incheon.
Mereka tetap bisa melepas dahaga ibadah dengan pergi ke Masjid Al Mujahidin, masjid sederhana berdinding putih yang berada di lantai 2 sebuah bangunan di kawasan kota pelabuhan Incheon.
Kepada mereka, Nusron juga mengusulkan agar membuat sebuah koperasi masjid. Tujuannya agar lebih sistematis dan uang bisa berputar di mana keuntungannya kembali ke mereka.
"Diatur ya dari sekarang, didata siapa saja TKI yang sering ibadah di sini," ungkapnya, Rabu (15/7).
"Misalnya saja soal transfer uang ke Indonesia. Biasanya kan melalui agen, agen itu mengambil keuntungan dari selisih penukaran kurs mata uang, daripada untuk agen, keuntungan lebih baik untuk kita lagi," lanjutnya.
Ketua Pengurus Masjid Al Mujahidin Agus Kholidin mengatakan, imam masjid yang memimpin shalat berjamaah didatangkan langsung dari Indonesia.
Selain ibadah wajib, masjid ini juga kerap menjadi ajang kumpul-kumpul TKI di sekitar wilayah Incheon. TKI yang mampir ke sana hanya mereka yang bekerja di sektor perikanan.
"Shalat Jumat juga biasa digelar di sini. Kalau mau ibadah, kita izin ke bos. Biasanya diizinkan kok, asal kita mau minta waktu atau tidak," kata Agus usai shalat berjamaah, di Namdong, Incheon, Korea Selatan.
Kedatangan Nusron didampingi Direktur Pelayanan Penempatan Pemerintah BNP2TKI Hariyadi Agah dan sejumlah staf KBRI dan BNP2TKI di Korea Selatan.
Shalat berjamaah ini diikuti puluhan TKI. Usai shalat, mereka juga sempat berdoa dan mengaji serta khataman Alquran bersama dengan Nusron beserta rombongan dari BNP2TKI.
"Alhamdulillah, kita hari ini khataman untuk yang kedua kali di bulan suci ini. Tarawih juga full. Meski tidak di kampung kita harus tetap ibadah," ujar Agus.
Para TKI dalam audiensi dengan Nusron juga menyampaikan berbagai masalah mafia TKI sebelum berangkat ke Korsel yang dilakukan oknum Lembaga Pendidikan dan Kursus Bahasa
Korea.
"Mereka menjanjikan lulus dan minta imbalan sekitar Rp 40 juta. Tolong Kang Nusron benahi," ujar Ade Fahrudin, pria asal Majalengka yang mengaku menjadi korban pemerasan oknum LPK.
Terhadap aduan itu, Nusron akan mengusut dan membacklist peserta dari LPK tersebut.
"Saya pastikan pelaksanaan ujian tahun ini clean dan transparan. Tidak ada joki dan sangat ketat sekali. Cek sendiri ke teman-teman," tegasnya.