Masjid Riyadlush Shalihin Gelar Obrolan Puasa

Red: Damanhuri Zuhri

Rabu 15 Jul 2015 20:39 WIB

Obrolan Puasa di Masjid Riyadlush Shalihin Parung, Bogor, mengangkat tema Puasa Eropa Vs Puasa Afrika Foto: foto: damanhuri zuhri/republika Obrolan Puasa di Masjid Riyadlush Shalihin Parung, Bogor, mengangkat tema Puasa Eropa Vs Puasa Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Panitia Qiyamu Ramadhan Masjid Riyadlush Shalihin menggelar Obrolan Puasa, Ahad lalu. Tema yang diangkat Puasa Eropa versus Puasa Afrika.

Kegiatan yang diselenggarakan di halaman Masjid Riyadlush Shalihin Parung, Bogor ini, menghadirkan beberapa nara sumber yang pernah mengalami puasa di negeri Eropa, tepatnya di Madrid, Spanyol dan Maroko, Afrika.

Gina Yunita, yang pernah bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Madrid, Spanyol selama 3,5 tahun, banyak mencerikan suasana Ramadhan di negeri matador tersebut. Termasuk, tantangan dari sisi cuaca maupun masyarakat sekitar.

Sedangkan, nara sumber yang menceritakan pengalaman berpuasa di Maroko, Afrika, disampaikan oleh Ustaz Madhusin Lc, yang pernah belajar di sebuah perguruan tinggi di Maroko selama empat tahun serta Musyfi dan Maulana, mahasiswa STAINU yang belajar satu tahun di Maroko.

Gina Yunita mengisahkan bagaimana beratnya menjalankan ibadah puasa di Madrid. Selain kondisi cuaca yang lumayan panas, sehingga waktu berpuasa lebih lama ketimbang di Indonesia, juga tantangan dari masyarakat sekitar yang kebanyakan non-Muslim.

''Tak hanya itu, dari sisi makanan pun tantangannya cukup besar. Banyak daging yang dijual di sana adalah daging bagi. Jadi, kita harus pandai-pandai memilih, menu makanan yang halal. Paling aman, kita harus membuat sendiri,'' ungkap Gina.

Sedangkan suasana berpuasa di Maroko, menurut Ustaz Madhusin, tidak jauh berbeda dengan suasana di Indonesia. Yang paling mencolok, kata Ustaz Madhusin, adalah soal waktu dan cuaca.

''Seperti juga di Madrid, Spanyol, cuaca di Maroko lumayan panas, akibatnya waktu berpuasa bisa mencapai 17 hingga 18 jam,'' kisah Ustaz Madhusin.

Yang menarik, sambung Ustaz Madhusin, Ramadhan di Maroko sering digelar kegiatan Ad-durus al Hasaniyah, yakni sebuah kajian yang digelar Kerajaan Maroko dengan menghadirkan nara sumber dari berbagai negara Islam.

''Pada kegiatan Ad-Durus al Hasaniyah, Raja Maroko dan seluruh pembantunya duduk bersimpuh menyimak kajian ke-Islaman yang disampaikan para ulama dari berbagai negara,'' jelas Ustaz Madhusin.

Ketua Panitia Qiyamu Ramadhan Masjid Riyadlush Shalihin, Supriyanto, mengungkapkan selain kegiatan Obrolan Puasa, panitia juga menggelar Pelatihan Mengurus Jenazah yang diikuti remaja masjid, Peringatan Nuzulul Quran dengan menghadirkan Dr Irfan Syauqi Beik serta bimbingan tahsin Alquran untuk anak-anak.

Terpopuler