REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- I’tikaf akbar malam 27 Ramadhan 1436 H di Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (14/7) dini hari, diwarnai isak tangis para jamaah. Bahkan ada jamaah qiyamullail yang berkali-kali menangis sesenggukan.
Pada shalat Tahajud tersebut, dua imam dari Madinah, yakni Syekh Essam Al-Mizjaji dan Syekh Abdul Aziz, secara bergantian, membawakan Surah Yaa Siin (QS 36 yang berjumlah 83 ayat). Suara dua orang imam asal Madinah yang mendayu-dayu itu tak pelak mengharu biru ribuan jamaah yang memadati Masjid Agung Sunda Kelapa hingga meluber ke pekarangan masjid.
Apalagi ketika imam sampai pada ayat ke-65 Surah Yaa Siin, yang artinya, “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Maka, tangisan pun pecah. Ada yang suara tangisannya perlahan saja, namun ada pula yang sangat nyaring, hingga sesenggukan.
Pada Ramadhan 1436 H, MASK mengundang dua imam dari Madinah untuk memimpin shalat Tarawih dan qiyamullail pada I’tikaf 10 malam terakhir Ramadhan. Para imam tersebut tidak hanya hafizh (penghapal) Alquran, tapi juga mempunyai suara yang sangat indah.Apalagi cengkoknya pun khas Madinah, kota Nabi, yang merupakan pusat para penghapal Alquran.
Bacaannya sangat meresap. Apalagi pada ayat-ayat tertentu, imam dari Madinah itu memberikan penekanan dengan mengulanginya dua atau tiga kali. Tak heran kalau banyak jamaah qiyamullail yang tersentuh hatinya dan menangis terharu mendengarnya.
Apalagi suasana qiyamullail di MASK sangat syahdu. Saat pelaksanaan shalat Tahajud dan Witir, lampu sengaja dimatikan. Yang terdengar hanyalah alunan bacaan imam Madinah memecah kesunyian malam.