Pemudik Senang, Pedagang Malang (1)

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Agung Sasongko

Rabu 15 Jul 2015 06:40 WIB

 Warga menanti para pengguna jalan memberikan uangnya di Jembatan Sewo, Sukra, Jalur Pantura, Indramayu, Jawa Barat, Senin (13/7).   (Republika/Agung Supriyanto) Warga menanti para pengguna jalan memberikan uangnya di Jembatan Sewo, Sukra, Jalur Pantura, Indramayu, Jawa Barat, Senin (13/7). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, CIKOPO -- Hingga H-3 Lebaran 2015, kondisi lalu lintas Pantura jalur Jawa Barat (Jabar) hingga Jawa Tengah (Jateng) di masa mudik ini cenderung lengang setiap harinya. Beroperasinya Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang mampu menghubungkan Jakarta sebagai tanah rantau pemudik hingga berbagai kota di Jateng dan Jawa Timur menyedot arus kendaraan ke sana.

Dampak positif sudah tentu bisa dinikmati para pemudik. Selain soal durasi perjalanan mudik yang terpangkas, kelelahan karena macetnya Pantura juga bisa dihindari.

Namun kenyataannya, Pantura justru menjadi lengang akibat serapan kendaraan ke Tol Cipali. Fenomena sepinya jalur tersebut, malah memberi dampak kurang mengenakan bagi sebagian masyarakat di jalur tepi pantai utara.

Imbas positif dibukanya Tol Cipali tak menghampiri segelintir masyarakat di garis jalur Pantura. Masyarakat yang mencari peruntungan di sektor usaha justru terkena imbas negatif dari dibukanya tol sepanjang 117 kilometer itu.

Mulai dari mereka yang menggantungkan hidup di lapangan mikro, hingga para pengusaha besar dengan modal miliaran. Contoh konkret efek domino dari dibukanya Tol Cipali dirasakan oleh pedagang dadakan yang menjajakan rupa-rupa makanan bagi para pemudik Pantura.

 

Terpopuler